Al-Hamdulillah,
segala puji bagi Allah yang dari-Nya semua nikmat berasal. Shalawat dan salam
semoga terlimpah dan tercurah kepada baginda Rasulillah Muhammad Shallallahu
'Alaihi Wasallam, beserta keluarga dan para sahabatnya.
Saat ini sangat
berbeda dengan beberapa tahun silam. Sekarang para wanita sudah banyak yang
mulai membuka aurat. Bukan hanya kepala yang dibuka atau telapak kaki, yang di
mana kedua bagian ini wajib ditutupi. Namun, sekarang ini sudah banyak yang
berani membuka paha dengan memakai celana atau rok setinggi betis.Ya Allah,
kepada Engkaulah kami mengadu, melihat kondisi zaman yang semakin rusak ini.
Kami tidak tahu beberapa tahun mendatang, mungkin kondisinya akan semakin parah
dan lebih parah dari saat ini. Mungkin beberapa tahun lagi, berpakaian ala
barat yang transparan dan sangat memamerkan aurat akan menjadi budaya kaum
muslimin. Semoga Allah melindungi keluarga kita dan generasi kaum muslimin dari
musibah ini.
Tanda Benarnya Sabda
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam
Dari Abu Hurairah
radhiyallahu ‘anhu, beliau berkata bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa
sallam bersabda,
صِنْفَانِ مِنْ أَهْلِ النَّارِ لَمْ أَرَهُمَا قَوْمٌ مَعَهُمْ سِيَاطٌ كَأَذْنَابِ الْبَقَرِ يَضْرِبُونَ بِهَا النَّاسَ وَنِسَاءٌ كَاسِيَاتٌ عَارِيَاتٌ مُمِيلاَتٌ مَائِلاَتٌ رُءُوسُهُنَّ كَأَسْنِمَةِ الْبُخْتِ الْمَائِلَةِ لاَ يَدْخُلْنَ الْجَنَّةَ وَلاَ يَجِدْنَ رِيحَهَا وَإِنَّ رِيحَهَا لَيُوجَدُ مِنْ مَسِيرَةِ كَذَا وَكَذَا
“Ada
dua golongan dari penduduk neraka yang belum pernah aku lihat: [1] Suatu kaum
yang memiliki cambuk seperti ekor sapi untuk memukul manusia dan [2] para
wanita yang berpakaian tapi telanjang, berlenggak-lenggok, kepala mereka
seperti punuk unta yang miring. Wanita seperti itu tidak akan masuk surga dan
tidak akan mencium baunya, walaupun baunya tercium selama perjalanan sekian dan
sekian.” (HR.
Muslim no. 2128)
Hadits ini merupakan
tanda mukjizat kenabian. Kedua golongan ini sudah ada di zaman kita saat ini.
Hadits ini sangat mencela dua golongan semacam ini. Kerusakan seperti ini tidak
muncul di zaman Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam karena sucinya zaman beliau,
namun kerusakan ini baru terjadi setelah masa beliau hidup (Lihat Syarh Muslim,
9/240 dan Faidul Qodir, 4/275).Wahai Rabbku. Dan zaman ini lebih nyata lagi
terjadi dan kerusakannya lebih parah.
Saudariku,
pahamilah makna ‘kasiyatun ‘ariyatun’
An Nawawi dalam Syarh
Muslim ketika menjelaskan hadits di atas mengatakan bahwa ada beberapa makna
kasiyatun ‘ariyatun.
Makna
pertama: wanita yang mendapat nikmat Allah, namun enggan
bersyukur kepada-Nya.
Makna
kedua: wanita yang mengenakan pakaian, namun kosong
dari amalan kebaikan dan tidak mau mengutamakan akhiratnya serta enggan
melakukan ketaatan kepada Allah.
Makna
ketiga: wanita yang menyingkap sebagian anggota
tubuhnya, sengaja menampakkan keindahan tubuhnya. Inilah yang dimaksud wanita
yang berpakaian tetapi telanjang.
Makna
keempat: wanita yang memakai pakaian tipis sehingga
nampak bagian dalam tubuhnya. Wanita tersebut berpakaian, namun sebenarnya
telanjang. (Lihat Syarh Muslim, 9/240)
Pengertian yang
disampaikan An Nawawi di atas, ada yang bermakna konkrit dan ada yang bermakna
maknawi (abstrak). Begitu pula dijelaskan oleh ulama lainnya sebagai berikut.
Ibnu ‘Abdil Barr
rahimahullah mengatakan, “Makna
kasiyatun ‘ariyatun adalah para wanita yang memakai pakaian yang tipis yang
menggambarkan bentuk tubuhnya, pakaian tersebut belum menutupi (anggota tubuh
yang wajib ditutupi dengan sempurna). Mereka memang berpakaian, namun pada hakikatnya
mereka telanjang.” (Jilbab Al Mar’ah Muslimah, 125-126)
Al Munawi dalam
Faidul Qodir mengatakan mengenai makna kasiyatun ‘ariyatun, “Senyatanya memang
wanita tersebut berpakaian, namun sebenarnya dia telanjang. Karena wanita
tersebut mengenakan pakaian yang tipis sehingga dapat menampakkan kulitnya.
Makna lainnya adalah dia menampakkan perhiasannya, namun tidak mau mengenakan
pakaian takwa. Makna lainnya adalah dia mendapatkan nikmat, namun enggan untuk
bersyukur pada Allah. Makna lainnya lagi adalah dia berpakaian, namun kosong
dari amalan kebaikan. Makna lainnya lagi adalah dia menutup sebagian badannya,
namun dia membuka sebagian anggota tubuhnya (yang wajib ditutupi) untuk
menampakkan keindahan dirinya.” (Faidul Qodir, 4/275)
Hal yang sama juga
dikatakan oleh Ibnul Jauziy. Beliau mengatakan bahwa makna kasiyatun ‘ariyatun ada tiga makna.
Pertama:
wanita yang memakai pakaian tipis, sehingga nampak bagian dalam tubuhnya.
Wanita seperti ini memang memakai jilbab, namun sebenarnya dia telanjang.
Kedua:
wanita yang membuka sebagian anggota tubuhnya (yang wajib ditutup). Wanita ini
sebenarnya telanjang.
Ketiga:
wanita yang mendapatkan nikmat Allah, namun kosong dari syukur kepada-Nya.
(Kasyful Musykil min Haditsi Ash Shohihain, 1/1031)
Kesimpulannya adalah
kasiyatun ‘ariyat dapat kita maknakan: wanita yang memakai pakaian tipis
sehingga nampak bagian dalam tubuhnya dan wanita yang membuka sebagian aurat
yang wajib dia tutup.
Tidakkah
Engkau Takut dengan Ancaman Ini
Lihatlah ancaman Nabi
shallallahu ‘alaihi wa sallam. Memakaian pakaian tetapi sebenarnya telanjang,
dikatakan oleh beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam, “wanita seperti itu tidak akan masuk surga dan tidak akan mencium
baunya, walaupun baunya tercium selama perjalanan sekian dan sekian.”
Perhatikanlah
saudariku, ancaman ini bukanlah ancaman biasa. Perkara ini bukan perkara
sepele. Dosanya bukan hanya dosa kecil. Lihatlah ancaman Nabi shallallahu
‘alaihi wa sallam di atas. Wanita seperti ini dikatakan tidak akan masuk surga
dan bau surga saja tidak akan dicium. Tidakkah kita takut dengan ancaman
seperti ini?
An Nawawi
rahimahullah menjelaskan maksud sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam:
‘wanita tersebut tidak akan masuk surga’. Inti dari penjelasan beliau
rahimahullah:
Jika wanita tersebut
menghalalkan perbuatan ini yang sebenarnya haram dan dia pun sudah mengetahui
keharaman hal ini, namun masih menganggap halal untuk membuka anggota tubuhnya
yang wajib ditutup (atau menghalalkan memakai pakaian yang tipis), maka wanita
seperti ini kafir, kekal dalam neraka dan dia tidak akan masuk surga selamanya.
Dapat kita maknakan
juga bahwa wanita seperti ini tidak akan masuk surga untuk pertama kalinya.
Jika memang dia ahlu tauhid, dia nantinya juga akan masuk surga. Wallahu Ta’ala
a’lam. (Lihat Syarh Muslim, 9/240)
Jika ancaman ini
telah jelas, lalu kenapa sebagian wanita masih membuka auratnya di khalayak
ramai dengan memakai rok hanya setinggi betis? Kenapa mereka begitu senangnya
memamerkan paha di depan orang lain? Kenapa mereka masih senang memperlihatkan
rambut yang wajib ditutupi? Kenapa mereka masih menampakkan telapak kaki yang
juga harus ditutupi? Kenapa pula masih memperlihatkan leher?!
Sadarlah, wahai
saudariku! Bangkitlah dari kemalasanmu! Taatilah Allah dan Rasul-Nya! Mulailah
dari sekarang untuk merubah diri menjadi yang lebih baik ....
0 komentar:
Posting Komentar