Al-Hamdulillah,
segala puji bagi Allah yang dari-Nya semua nikmat berasal. Shalawat dan salam
semoga terlimpah dan tercurah kepada baginda Rasulillah Muhammad Shallallahu
'Alaihi Wasallam, beserta keluarga dan para sahabatnya.
Untuk meraih keberkahan dalam hubungan intim pada
pasutri, di antaranya adalah dengan berdo’a ketika hendak mendatangi istri.
Keampuhan do’a ini akan memberikan kebaikan pada keturunan yang dihasilkan, itu
di antaranya. Juga tentunya hubungan intim yang sesuai ajaran Rasul shallallahu
‘alaihi wa sallam akan semakin menambah kemesraan karena keberkahan yang hadir
ketika itu.
Dari Ibnu ‘Abbas radhiyallahu ‘anhuma, ia berkata
bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
«
لَوْ أَنَّ أَحَدَكُمْ إِذَا أَرَادَ أَنْ يَأْتِىَ أَهْلَهُ فَقَالَ بِاسْمِ اللَّهِ ، اللَّهُمَّ جَنِّبْنَا الشَّيْطَانَ ، وَجَنِّبِ الشَّيْطَانَ مَا رَزَقْتَنَا . فَإِنَّهُ إِنْ يُقَدَّرْ بَيْنَهُمَا وَلَدٌ فِى ذَلِكَ لَمْ يَضُرُّهُ شَيْطَانٌ أَبَدًا
“Jika salah seorang dari kalian
(yaitu suami) ingin berhubungan intim dengan istrinya, lalu ia membaca do’a: [Bismillah Allahumma jannibnaasy syaithoona
wa jannibisy syaithoona maa rozaqtanaa], “Dengan (menyebut) nama Allah, ya
Allah jauhkanlah kami dari (gangguan) setan dan jauhkanlah setan dari rezki
yang Engkau anugerahkan kepada kami”, kemudian jika Allah menakdirkan
(lahirnya) anak dari hubungan intim tersebut, maka setan tidak akan bisa
mencelakakan anak tersebut selamanya” (HR. Bukhari no. 6388 dan Muslim no. 1434).
Kapan
Do’a Tersebut Dibaca?
Ash Shon’ani berkata bahwa hadits tersebut adalah
dalil bahwa do’a tersebut dibaca sebelum bercumbu yaitu ketika punya keinginan.
Karena dalam riwayat Bukhari lainnya disebutkan,
أَمَا لَوْ أَنَّ أَحَدَهُمْ يَقُولُ حِينَ يَأْتِى أَهْلَهُ
“Adapaun jika salah seorang dari
mereka mengucapkan ketika mendatangi istrinya …”
(HR. Bukhari no. 5165). Makna kata
“ketika” (حِينَ)
dalam riwayat ini bermakna “berkeinginan”.
(Subulus Salam, 6: 91).
Ibnu Hajar dalam Fathul Bari (9: 228) berpendapat
bahwa do’a ini dibaca sebelum hubungan intim. Begitu pula pendapat Syaikh
‘Abdul Qodir Syaibah dalam Fiqhul Islam, 7: 61-64.
Intinya, do’a ini diucapkan sebelum memulai
hubungan intim dan bukan di pertengahan atau sesudahnya. Hukum membaca do’a ini
adalah sunnah (mustahab) (Lihat Tafsir Al Qur’an Al ‘Azhim, 1: 190). Dan jika
dilihat dari tekstual hadits di atas, do’a ini dibaca oleh suami.
Berkah
dari Berdo’a Sebelum Hubungan Intim
Pertama:
Mengikuti ajaran Rasul shallallahu ‘alaihi wa sallam, ini sudah merupakan
berkah tersendiri. Abu Bakr radhiyallahu ‘anhu pernah berkata,
لَسْتُ تَارِكًا شَيْئًا كَانَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَ سَلَّمَ يَعْمَلُ بِهِ إِلَّا عَمِلْتُ بِهِ إِنِّي أَخْشَى إِنْ تَرَكْتُ شَيْئًا مِنْ أَمْرِهِ أَنْ أَزِيْغَ
”Aku tidaklah biarkan satu pun
yang Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam amalkan kecuali aku
mengamalkannya karena aku takut jika meninggalkannya sedikit saja, aku akan
menyimpang” (HR.
Bukhari no. 3093 dan Muslim no. 1759).
Kedua:
Setan tidak akan turut serta dalam hubungan intim tersebut karena di dalam do’a
ini diawali dengan penyebutan “bismillah”. Demikian pendapat sebagian ulama.
Mujahid rahimahullah berkata,
أَنَّ الَّذِي يُجَامِع وَلَا يُسَمِّي يَلْتَفّ الشَّيْطَان عَلَى إِحْلِيله فَيُجَامِع مَعَهُ
“Siapa yang berhubungan intim
dengan istrinya lantas tidak mengawalinya dengan ‘bismillah’, maka setan akan
menoleh pada pasangannya lalu akan turut dalam berhubungan intim dengannya”
(Fathul Bari, 9: 229). Ya Allah, lindungilah kami dari gangguan setan kala itu.
Ketiga:
Kebaikan do’a ini pun akan berpengaruh pada keturunan yang dihasilkan dari
hubungan intim tersebut. Buktinya adalah riwayat mursal namun hasan dari ‘Abdur
Razaq di mana disebutkan,
إِذَا أَتَى الرَّجُل أَهْله فَلْيَقُلْ بِسْمِ اللَّه اللَّهُمَّ بَارِكْ لَنَا فِيمَا رَزَقَتْنَا وَلَا تَجْعَل لِلشَّيْطَانِ نَصِيبًا فِيمَا رَزَقْتنَا ، فَكَانَ يُرْجَى إِنْ حَمَلْت أَنْ يَكُون وَلَدًا صَالِحًا
“Jika seseorang mendatangi
istrinya (berhubungan intim), maka ucapkanlah ‘Ya Allah, berkahilah kami dan
keturunan yang dihasilkan dari hubungan intim ini, janganlah jadikan setan
menjadi bagian pada keturunan kami’. Dari do’a ini, jika istrinya hamil, maka
anak yang dilahirkan diharapkan adalah anak yang sholeh”
(Fathul Bari, 9: 229).
Keempat:
Keturunan yang dihasilkan dari hubungan intim ini akan selamat dari berbagai
gangguan setan. Jika dipahami dari tekstual hadits, yang dimaksud dengan anak
tersebut akan selamat dari berbagai bahaya adalah umum, yaitu mencakup bahaya
dunia maupun agama. Namun Al Qodhi ‘Iyadh berkata bahwa para ulama tidak
memahami seperti itu. (Minhatul ‘Allam, 7: 348).
Ibnu Daqiq Al ‘Ied berkata, “Bisa dipahami dari
do’a ini bahwa setan juga tidak akan membahayakan agama anak dari hasil
hubungan intim tersebut. Namun bukan berarti anak tersebut ma’shum, artinya
selamat dari dosa” (Fathul Bari, 9: 229).
Setan bisa saja menggoda anak tersebut, namun
segera ia akan kembali ke jalan yang lurus. Sebagaimana Allah Ta’alaberfirman,
إِنَّ الَّذِينَ اتَّقَوْا إِذَا مَسَّهُمْ طَائِفٌ مِنَ الشَّيْطَانِ تَذَكَّرُوا فَإِذَا هُمْ مُبْصِرُونَ
“Sesungguhnya orang-orang yang
bertakwa bila mereka ditimpa was-was dari syaitan, mereka ingat kepada Allah,
maka ketika itu juga mereka melihat kesalahan-kesalahannya”
(QS. Al A’rof: 201)
Kelima:
Keberkahan do’a ini berlaku bagi wanita yang akan hamil dengan hubungan intim
tersebut atau yang tidak hamil karena lafazhnya umum. Inilah pendapat Al Qodhi
‘Iyadh (Fathul Bari, 9: 229).
Jadikanlah
Kebiasaan!
Syaikh ‘Abdullah Al Fauzan hafizhohullah berkata,
“Hendaklah seorang muslim bersemangat mengamalkan do’a ini ketika berhubungan
intim hingga menjadi kebiasaan. Hendaklah ia melakukannya dalam rangka
mengamalkan nasehat Nabishallallahu ‘alaihi wa sallam dan demi menghasilkan
keturunan yang terjaga dan terlindungi dari gangguan setan, juga supaya
mendapatkan keberkahan dari do’a ini” (Minhatul ‘Allam, 7: 348).
Ibnu Hajar berkata, “Faedah yang ditunjukkan dalam
do’a ini adalah disunnahkannya membaca bismillah dan berdo’a serta
merutinkannya hingga pada hal yang nikmat semacam dalam hubungan intim”.
(Fathul Bari, 9: 229).
Hadits yang kita ulas kali ini menunjukkan bahwa
setan akan mengganggu manusia dalam segala kondisi. Ketika tidur, ketika bangun
dari tidur, setan akan terus memberikan was-was. Jika seseorang lalai dari
mengingat Allah, maka setan akan mengganggu. Namun jika mengingat Allah, setan
akan lari bersembunyi. Oleh karena itu, hendaklah kita membiasakan untuk terus
berdzikir, membaca ta’awudz, berdo’a, supaya kita terlindungi dari gangguan
setan (Nasehat Syaikh ‘Abdullah Al Fauzan dalam Minhatul ‘Allam, 7: 349).
Ya Allah, lindungilah kami dari gangguan setan
dalam segala keadaan kami.
Artikel www.rumasyo.com, dipublish ulang dan
disesuaikan oleh http://www..afutuhnews.blogspot.com
Artikel : http://www.alfutuhnews.blogspot.com
0 komentar:
Posting Komentar