Pondok Pesantren Al - Futuh Pandes II, Wonokromo, Pleret, Bantul, Yogyakarta

Mencetak kader pemimpin umat, membangun peradaban dunia, mendidik santri untuk memiliki karakter muslim yang kuat dan Cerdas.

Santri Al - Futuh Pandes II, Wonokromo, Pleret, Bantul, Yogyakarta

Mencetak Generasi Baru yang berlandaskan Islam, Cerdas, Kritis dan Kreatif.

Visi

Mencetak kader pemimpin umat, Membangun peradaban dunia, mendidik santri untuk memiliki karakter muslim yang kuat dan cerdas.

PonPes Al-futuh, Pandes II, Wonokromo, Pleret, Bantul, Yogyakarta

Ilmu itu lebih baik daripada harta. Ilmu akan menjaga engkau dan engkau menjaga harta. Ilmu itu penghukum (hakim) sedangkan harta terhukum. Kalau harta itu akan berkurang apabila dibelanjakan, tetapi ilmu akan bertambah apabila dibelanjakan.(Sayidina Ali bin Abi Thalib).

TK MASYITOH Al - Futuh Pandes II, Wonokromo, Pleret, Bantul, Yogyakarta

Mencetak Generasi Baru yang berlandaskan Islam, Cerdas, Kritis dan Kreatif. Serta disiapkan Untuk Melanjutkan kejenjang sekolah Dasar.

Selasa, 04 Desember 2012

Manajemen Lebah, Umat muslim apakah Bisa



Rasulullah SAW mengumpamakan Muslim itu seperti lebah. "Mukmin itu bagaikan lebah. Jika hinggap pada tanaman berbunga, ia memakan sarinya yang baik, tidak mematahkan maupun merusak yang dihinggapinya." (HR Ahmad, Abu Syaibah, dan Thabrani).

Hadis di atas memberi isyarat kuat bahwa setiap Mukmin harus belajar dari manajemen lebah. Setiap Mukmin harus selalu mencari dan mengonsumsi makanan yang halal dan baik (halalan thayyiban) sekaligus tidak membuat kerusakan lingkungan.

Makanan yang halal dan bergizi adalah sumber energi kehidupan yang penuh keberkahan, mendatangkan manfaat, dan memacu produktivitas. Tidak merusak lingkungan berarti bersikap harmoni pada alam, dan selalu berusaha memakmurkan dan menyejahterakan umat manusia di muka bumi. Merusak lingkungan berarti berakibat buruk bagi dirinya dan orang yang ada disekitarnya.

Menurut mufassir Tantowi Jauhari, manajemen lebah itu sungguh unik dan perlu diteladani. Lebah itu tidak ada yang hidup egois dan individualis. Sarangnya senantiasa bersih dan terlindung. Hidupnya selalu bersatu, bekerjasama secara kompak dan saling melengkapi.

Meskipun dipimpin seekor "lebah ratu", komunitas (koloni) lebah selalu berbagi tugas secara rapi. Ada yang membuat sarang, mencari sari madu, mengumpulkan bahan makanan, pembuat madu, prajurit, peneliti (terutama untuk mencari tempat baru), dan sebagainya. Semua bekerja secara "profesional". Hasil kerjanya dipergunakan untuk kemanfaatan semua pihak lain, terutama manusia.

Manajemen lebah sungguh efektif dan produktif. Satu koloni lebah yang berisi puluhan ribu lebah, mampu menghasilkan dua sampai tiga liter madu dalam satu musim. Bukan hanya madu, lebah juga mampu memberi manfaat lainnya. Sengatan lebah bermanfaat untuk terapi akupuntur.

Dengan demikian, nilai-nilai manajemen lebah yang patut diaktualisasikan dalam kehidupan Mukmin adalah kebersihan (lingkungan maupun makanan yang dikonsumsi), visi dan misi yang terorganisasi secara rapi (menghasilkan produk yang bermanfaat).

Selain itu, lebah juga sangat menjaga kesatuan dan kerja sama, mengikuti jalan Tuhan (ketaatan), mobilitas dan produktivitas tinggi, hidup harmoni dengan alam (tidak merusak, tapi justru membantu penyerbukan bunga pada suatu tanaman), dan selalu berprinsip memberi kemanfaatan (obat dan minuman sehat) bagi orang lain. Perhatikan (QS an-Nahl [16]: 68-69).

Nabi SAW menegaskan ayat di atas dengan menambahkan; “Jika engkau bergaul dengannya, ia memberimu manfaat; jika engkau ajak bermusyawarah, ia pun memberi manfaat; jika engkau ajak berdiskusi, ia mau memberi manfaat. Segala aktivitas (hidupnya) memberi manfaat. Demikianlah, lebah dengan segala aktivitas dan produknya selalu bermanfaat." (HR al-Baihaqi).

Meneladani manajemen lebah itu, mengharuskan setiap Mukmin untuk bersikap, berpikir, berbuat, dan berkarya demi kemanfaatan dan kemaslahatan bagi orang lain. Karena, sebaik-baik manusia adalah orang yang paling banyak memberi manfaat bagi orang lain. (HR at-Thabrani).

Jika setiap Mukmin selalu belajar manajemen lebah, niscaya umat dan bangsa ini akan sejahtera, dan terhindar dari perbuatan buruk seperti korupsi. Wallahu a’lam.

Sayangilah Hewan Peliharaan mu


Pada suatu hari, Abdullah bin Jafar melakukan suatu perjalanan. Ketika sampai di sebuah kebun kurma milik seseorang, dia berhenti untuk beristirahat. 

Di saat itu, dilihatnya ada seorang budak belia yang sedang menjaga kebun kurma tersebut. Ia melihat budak itu mengeluarkan bekalnya berupa tiga potong makanan. 

Tiba-tiba, seekor anjing datang menghampirinya sambil mengonggong dan menjulurkan lidahnya sebagai tanda ingin memakan makanan yang dikeluarkan oleh budak itu.

Budak itu pun melemparkan sepotong makanannya ke arah anjing dan anjing itu pun memakainya. Kemudian dilemparkan pula sepotong lagi dan dimakannya pula. Walau sudah dapat dua potong makanan, anjing itu tak jua meninggalkan budak tersebut. 

Maka, ia pun melemparkan lagi makanannya untuk ketiga kalinya dan anjing itu kembali memakannya. Akhirnya, habislah semua bekal makanannya.

Abdullah bin Jafar yang melihat hal itu sangat heran dan kagum, karena si hamba telah memberikan semua makanannya kepada anjing itu. Kemudian Abdullah menghampirinya, lalu berkata, “Wahai anakku, berapa banyakkah bekal makananmu sehari di tempat ini?” 

“Tiga potong saja yang kesemuanya telah dimakan oleh anjing tadi,” jawabnya.

Abdullah bertanya, “Mengapa engkau berikan semua kepada anjing itu? Dan apa yang akan engkau makan?” 

Ia menjawab, “Wahai tuan, tempat ini bukanlah kawasan anjing. Jadi, aku yakin dia datang dari tempat yang jauh, dan tentu dia sangat lapar. Sedang aku sendiri, biarlah aku tidak makan hari ini.” 

Mendengar hal tersebut, Abdullah kagum dengan kemuliaan si budak itu. Akhirnya, Abdullah bin Jafar membeli kebun kurma dan budak itu dari tuannya. Kemudian dia memerdekakan si hamba, dan kebun kurma itu diberikan kepadanya. Setelah itu, dia pergi meninggalkan tempat itu untuk meneruskan perjalanannya.

Pelajaran yang dapat kita petik dari kisah di atas adalah hendaknya kita menyayangi hewan, termasuk kepada anjing. Sebab, sebagai seorang Muslim kita menyadari bahwa semua hewan merupakan makhluk Allah SWT yang harus dihormati. Karena itu, kita menyayanginya sebagaimana Allah menyayangi hewan yang menciptakannya.

Lebih daripada itu, menyayangi binatang merupakan bagian dari perintah agama yang harus kita realisasikan dalam keseharian kita. Ketika kita menyayangi binatang, maka Allah SWT akan memberikan pahala dan pengampunan dosa. Rasulullah SAW bersabda, “Terhadap yang mempunyai hati yang basah terdapat pahala.” (HR Ahmad dan Ibnu Majah).

Dalam hadis yang lain, Rasulullah SAW bersabda, “Seorang laki-laki berjalan dalam keadaan sangat kehausan, kemudian ia turun ke salah satu sumur, dan meminum airnya. Ketika ia keluar dari sumur, ia melihat seekor anjing yang tampak sangat kehausan dengan hanya menjilati tanah.” 

“Ia berkata, ‘Sungguh anjing ini telah sampai pada kondisi yang aku juga sepertinya.’ Laki-laki itu lantas memenuhi sepatunya dengan air, menahannya dengan mulutnya, kemudian naik dan memberikan airnya kepada anjing tersebut. Ia bersyukur kepada Allah, dan Allah pun mengampuni dosa-dosanya.” (HR Bukhari).

Untuk itu, mari kita sayangi hewan yang ada di sekeliling kita sebagai wujud dari ketaatan kita kepada Allah SWT dan menebarkan kasih sayang kepada segenap makhluk-Nya. Wallahu a’lam.

Janganlah Mendekati Zina


Apabila perzinaan sudah meluas di masyarakat dan dilakukan secara terang-terangan (dianggap biasa),maka infeksi dan penyakit mematikan yang sebelumnya tidak terdapat pada zaman nenek moyangnya akan menyebar di antara mereka.

Seperti kita ketahui, penyebaran AIDS bisa melalui tranfusi darah, alat-alat kedokteran gigi maupun jarum suntik. Namun, penyebaran AIDS yang paling hebat dan sangat mendasar adalah lewat praktek-praktek prostitusi. Ini terbukti, di mana banyak prostitusi, di situ penyakit yang mematikan itu tumbuh subur.

Sebagai muslim, sebetulnya kita tidak perlu khawatir terhadap serangan AIDS, asal -- tentu saja -- kita menaati ajaran agama. Dalam Alquran, Allah telah memberikan kiat penangkal penyakit yang berbahaya itu. ''Wala taqrabu al-zina (Janganlah mendekati zina)'' (Q.S. 17:32).

Kalau kita renungkan, tampaklah bahwa ayat di atas sangat antisipatif: Allah menjaga orang-orang beriman dari bahaya-bahaya yang akan diakibatkan oleh perzinaan. Jangankan melakukan, mendekat pun kita sudah tidak diperbolehkan oleh Allah. Sebab Allah Mahatahu sifat manusia yang apabila mendapat satu, dia menginginka yang kedua, mendapat yang kedua, dia menginginkan yang ketiga dan seterusnya, hingga terjadilah perzinaan itu.

Apabila kita mampu menaati perintah Allah tadi, insya Allah kita akan terbebas dari azab Allah yang ditimpakan kepada kaum yang tidak mau menjaga farajnya, baik azab dunia, terlebih-lebih azab akhirat. Dalam ayat lain disebutkan bahwa orang yang menjaga kemaluannya akan beruntung (Q.S. 23:5). Jika sekarang digalakkan kampanye penanggulangan AIDS yang dilakukan oleh orang-orang terkenal, nampaknya seperti suatu hal yang sia-sia. Karena banyak usaha tersebut tidak sejalan dengan aturan Allah, bahkan ada yang sangat nyata-nyata menentang aturan Allah, misalnya menyediakan kondom bagi pelaku pelacuran.

Mengatakan AIDS adalah penyakit kutukan secara membabi buta barangkali tidak begitu tepat. Namun kita tidak ragu-ragu mengatakan bahwa AIDS adalah azab dunia bagi para pezina. AIDS harus disikapi dari dua dimensi: duniawi dan ukhrawi.

Dalam dimensi duniawi, AIDS mungkin bisa menyerang siapa saja. Sedangkan dalam dimensi ukhrawi penyakit AIDS merupakan azab Allah yang ditimpakan kepada para penentang aturan-Nya. Bala ini sebagai eksesnya bisa menimpa orang beriman, terlebih-lebih jika orang beriman menyetujui praktik perzinaan walaupun tidak melakukan.

Hadis riwayat Ibnu Majah, Al Bazzar, dan Al Baihaqi, yang dikutip di atas kiranya sangat pas untuk menggambarkan keadaan dewasa ini, dan secara gamblang membuktikan kebenarannya. Kalau dahulu hanya dikenal sipilis dan sebangsanya, sekarang dikenal AIDS. Jika praktek prostitusi semakin merajalela, walau seandainya nanti AIDS dapat disembuhkan, tak mustahil akan muncul penyakit lain yang lebih mengerikan. Na'udzubillah.