Alhamdulillah. Kita
panjatkan segala puji pada Allah dan kita meminta pertolonganNya. Seraya
memohon ampun dan meminta perlindunganNya dari segala keburukan jiwa dan dari
kejelekan amaliah. Barangsiapa yang telah Allah tunjukkan jalan baginya, maka
tiada yang bisa menyesatkannya. Dan barang siapa yang telah Allah sesatkan
jalannya, maka tiada yang bisa memberinya petunjuk. Ya Allah limpahkanlah
salawat dan salam bagi Muhammad saw berserta keluarga dan sahabat-sahabatnya,
semuanya.
Seringkali kali kita
mendengar istilah silaturahmi atau silaturahim. Istilah tersebut dimaksudkan
untuk berkunjung satu sama lainnya. Namun yang tepat, jika disebut silaturahmi,
maka yang dimaksudkan adalah menyambung hubungan kekerabatan (sesama kerabat).
Demikian makna secara bahasa dari kata tersebut. Jadi hanya berlaku untuk
sesama kerabat. Sehingga hadits-hadits yang menyebutkan keutamaan silaturahmi
akan memanjangkan umur, itulah yang dimaksud. Bagaimana dengan berkunjung
kepada selain kerabat? Hal ini diistilahkan dengan ziyaroh, yang maksudnya
adalah berkunjung atau bertandang. Dan ini berlaku umum untuk berkunjung antara
satu muslim dan lainnya.
Yang akan kita bahas
saat ini adalah berkunjung kepada sesama teman atau kepada orang sholeh.
Perlu diketahui bahwa
mengunjungi orang sholeh, saudara muslim lainnya, teman karib, tetangga, atau
pun mengUnjungi kerabat, itu termasuk hal yang disunnahkan (dianjurkan).
Berkunjung di sini bisa kita lakukan dengan mendatangi rumah mereka. Mungkin
bisa sekedar melakukan obrolan sederhana dan menanyakan keadaan mereka. Atau bahkan mengunjungi
mereka di saat mereka butuh hiburan seperti kala mereka sakit.
Yang perlu
diperhatikan kala itu adalah kita mesti berkunjung pada waktu saat mereka suka
menjamu kita dan menerima kita, bukan pada waktu yang tidak mereka sukai.
Mungkin sebagian teman atau tetangga tidak suka dikunjungi di malam hari di
atas jam 9 malam, kita harus mengetahui hal ini. Demikian anjuran para ulama kita.
Begitu pula
disunnahkan agar kita yang meminta pada saudara kita yang sholeh untuk
sering-sering mengunjungi kita selama ia tidak kesulitan. Tujuannya di
antaranya agar kita bisa tertular sholehnya dan bisa mendapat bau harum
kebaikannya. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda tentang teman yang
baik,
مَثَلُ الْجَلِيسِ الصَّالِحِ وَالْجَلِيسِ السَّوْءِ كَمَثَلِ صَاحِبِ الْمِسْكِ ، وَكِيرِ الْحَدَّادِ ، لاَ يَعْدَمُكَ مِنْ صَاحِبِ الْمِسْكِ إِمَّا تَشْتَرِيهِ ، أَوْ تَجِدُ رِيحَهُ ، وَكِيرُ الْحَدَّادِ يُحْرِقُ بَدَنَكَ أَوْ ثَوْبَكَ أَوْ تَجِدُ مِنْهُ رِيحًا خَبِيثَةً
“Seseorang yang duduk (berteman) dengan orang sholih dan orang yang
jelek adalah bagaikan berteman dengan pemilik minyak misk dan pandai besi. Jika
engkau tidak dihadiahkan minyak misk olehnya, engkau bisa membeli darinya atau
minimal dapat baunya. Adapun berteman dengan pandai besi, jika engkau tidak
mendapati badan atau pakaianmu hangus terbakar, minimal engkau dapat baunya
yang tidak enak.” (HR. Bukhari no.
2101, dari Abu Musa)
Mengenai keutamaan
saling mengunjungi di sini disebutkan dalam hadits Abu Hurairah berikut,
أَنَّ رَجُلاً زَارَ أَخًا لَهُ فِى قَرْيَةٍ أُخْرَى فَأَرْصَدَ اللَّهُ لَهُ عَلَى مَدْرَجَتِهِ مَلَكًا فَلَمَّا أَتَى عَلَيْهِ قَالَ أَيْنَ تُرِيدُ قَالَ أُرِيدُ أَخًا لِى فِى هَذِهِ الْقَرْيَةِ. قَالَ هَلْ لَكَ عَلَيْهِ مِنْ نِعْمَةٍ تَرُبُّهَا قَالَ لاَ غَيْرَ أَنِّى أَحْبَبْتُهُ فِى اللَّهِ عَزَّ وَجَلَّ. قَالَ فَإِنِّى رَسُولُ اللَّهِ إِلَيْكَ بِأَنَّ اللَّهَ قَدْ أَحَبَّكَ كَمَا أَحْبَبْتَهُ فِيهِ
“Sesungguhnya seseorang ada yang ingin mengunjungi saudaranya di kota
lain. Allah lalu mengutus malaikat untuknya di jalan yang akan ia lalui.
Malaikat itu pun berjumpa dengannya seraya bertanya, ‘Ke mana engkau akan
pergi? Ia menjawab, ‘Aku ingin mengunjungi saudaraku di kota ini?’ Malaikat itu
bertanya kembali, ‘Apakah ada suatu nikmat yang terkumpul untukmu karena sebab
dia?’ Ia menjawab, ‘Tidak. Aku hanya mencintai dia karena Allah ‘azza wa
jalla.’ Malaikat itu berkata, ‘Sesungguhnya aku adalah utusan Allah untukmu. Allah
sungguh mencintaimu karena kecintaan engkau padanya’.” (HR. Muslim no. 2567). Hadits ini
disebutkan oleh Imam Nawawi dalam Shahih Muslim dengan judul bab “Keutamaan
saling cinta karena Allah”. Dan dalil ini dijadikan oleh para ulama sebagai
dalil keutamaan saling mengunjungi sesama muslim dan mengunjungi orang sholeh
yang dilandasi ikhlas dan saling mencintai karena Allah. Jadi dasarnya adalah
karena Allah yaitu karena iman yang dimiliki saudaranya.
Dalam hadits ‘Ubadah
bin Ash Shamit, disebutkan,
حَقَّتْ مَحَبَّتِى لِلْمُتَحَابِّينَ فِىَّ وَحَقَّتْ مَحَبَّتِى لِلْمُتَزَاوِرِينَ فِىَّ وَحَقَّتْ مَحَبَّتِى لِلْمُتَبَاذِلِينَ فِىَّ وَحَقَّتْ مَحَبَّتِى لِلْمُتَصَادِقِينَ فِىَّ وَالْمُتَوَاصِلِينَ
“Sungguh Aku mencintai orang yang saling mencintai karena-Ku. Sungguh
Aku pun mencintai orang yang saling berkunjung karena-Ku. Sunguh Aku mencintai
orang yang saling berderma karena-Ku. Sungguh aku mencintai orang yang saling
bersedekah karena-Ku. Begitu pula dengan orang yang saling menyambung (hubungan
kekerabatan) karena-Ku.” (HR. Ahmad 5/229. Syaikh Syu’aib Al Arnauth
mengatakan bahwa hadits ini shahih)
Dari Anas bin Malik,
ia berkata,
إِذَا جَاءَكُمُ الزَّائِرُ فَأكْرِمُوْهُ
“Jika ada yang mengunjungi kalian, maka muliakanlah.” (Diriwayatkan
dalam Musnad Asy Syihab)
Semoga sajian singkat
ini bermanfaat dan bisa kita amalkan. Wallahu waliyyut taufiq.