Sabtu, 28 April 2012

Kaya Hati, Itulah Kaya Sesungguhnya. Pahamilahโ€ฆ


Al-Hamdulillah, segala puji bagi Allah yang dari-Nya semua nikmat berasal. Shalawat dan salam semoga terlimpah dan tercurah kepada baginda Rasulillah Muhammad Shallallahu 'Alaihi Wasallam, beserta keluarga dan para sahabatnya.


Orang kaya pastikah selalu merasa cukup? Belum tentu. Betapa banyak orang kaya namun masih merasa kekurangan. Hatinya tidak merasa puas dengan apa yang diberi Sang Pemberi Rizki. Ia masih terus mencari-cari apa yang belum ia raih. Hatinya masih terasa hampa karena ada saja yang belum ia raih.

Coba kita perhatikan nasehat suri tauladan kita. Dari Abu Hurairah, Nabi Muhammad shallallahu โ€˜alaihi wa sallam bersabda,

ู„ูŽูŠู’ุณูŽ ุงู„ู’ุบูู†ูŽู‰ ุนูŽู†ู’ ูƒูŽุซู’ุฑูŽุฉู ุงู„ู’ุนูŽุฑูŽุถู ุŒ ูˆูŽู„ูŽูƒูู†ูŽู‘ ุงู„ู’ุบูู†ูŽู‰ ุบูู†ูŽู‰ ุงู„ู†ูŽู‘ูู’ุณู

โ€œKaya bukanlah diukur dengan banyaknya kemewahan dunia. Namun kaya (ghinaโ€™) adalah hati yang selalu merasa cukup.โ€ (HR. Bukhari no. 6446 dan Muslim no. 1051)

Dalam riwayat Ibnu Hibban, Nabi shallallahu โ€˜alaihi wa sallam memberi nasehat berharga kepada sahabat Abu Dzar. Abu Dzar radhiyallahu โ€˜anhu berkata,

ู‚ูŽุงู„ูŽ ู„ููŠ ุฑูŽุณููˆู„ ุงู„ู„ูŽู‘ู‡ ุตูŽู„ูŽู‘ู‰ ุงู„ู„ูŽู‘ู‡ ุนูŽู„ูŽูŠู’ู‡ู ูˆูŽุณูŽู„ูŽู‘ู…ูŽ : ูŠูŽุง ุฃูŽุจูŽุง ุฐูŽุฑู‘ ุฃูŽุชูŽุฑูŽู‰ ูƒูŽุซู’ุฑูŽุฉ ุงู„ู’ู…ูŽุงู„ ู‡ููˆูŽ ุงู„ู’ุบูู†ูŽู‰ ุŸ ู‚ูู„ู’ุช : ู†ูŽุนูŽู…ู’ . ู‚ูŽุงู„ูŽ : ูˆูŽุชูŽุฑูŽู‰ ู‚ูู„ูŽู‘ุฉ ุงู„ู’ู…ูŽุงู„ ู‡ููˆูŽ ุงู„ู’ููŽู‚ู’ุฑ ุŸ ู‚ูู„ู’ุช : ู†ูŽุนูŽู…ู’ ูŠูŽุง ุฑูŽุณููˆู„ ุงู„ู„ูŽู‘ู‡ . ู‚ูŽุงู„ูŽ : ุฅูู†ูŽู‘ู…ูŽุง ุงู„ู’ุบูู†ูŽู‰ ุบูู†ูŽู‰ ุงู„ู’ู‚ูŽู„ู’ุจ ุŒ ูˆูŽุงู„ู’ููŽู‚ู’ุฑ ููŽู‚ู’ุฑ ุงู„ู’ู‚ูŽู„ู’ุจ

โ€œRasulullah shallallahu โ€˜alaihi wa sallam berkata padaku, โ€œWahai Abu Dzar, apakah engkau memandang bahwa banyaknya harta itulah yang disebut kaya (ghoni)?โ€ โ€œBetul,โ€ jawab Abu Dzar. Beliau bertanya lagi, โ€œApakah engkau memandang bahwa sedikitnya harta itu berarti fakir?โ€ โ€œBetul,โ€ Abu Dzar menjawab dengan jawaban serupa. Lantas beliau pun bersabda, โ€œSesungguhnya yang namanya kaya (ghoni) adalah kayanya hati (hati yang selalu merasa cukup). Sedangkan fakir adalah fakirnya hati (hati yang selalu merasa tidak puas).โ€ (HR. Ibnu Hibban. Syaikh Syuโ€™aib Al Arnauth berkata bahwa sanad hadits ini shahih sesuai syarat Muslim)

Inilah nasehat dari suri tauladan kita. Nasehat ini sungguh berharga. Dari sini seorang insan bisa menerungkan bahwa banyaknya harta dan kemewahan dunia bukanlah jalan untuk meraih kebahagiaan senyatanya. Orang kaya selalu merasa kurang puas. Jika diberi selembah gunung berupa emas, ia pun masih mencari lembah yang kedua, ketiga dan seterusnya. Oleh karena itu, kekayaan senyatanya adalah hati yang selalu merasa cukup dengan apa yang Allah beri. Itulah yang namanya qonaโ€™ah. Itulah yang disebut dengan ghoni (kaya) yang sebenarnya.

Ibnu Baththol rahimahullah mengatakan, โ€œHakikat kekayaan sebenarnya bukanlah dengan banyaknya harta. Karena begitu banyak orang yang diluaskan rizki berupa harta oleh Allah, namun ia tidak pernah merasa puas dengan apa yang diberi. Orang seperti ini selalu berusaha keras untuk menambah dan terus menambah harta. Ia pun tidak peduli dari manakah harta tersebut ia peroleh. Orang semacam inilah yang seakan-akan begitu fakir karena usaha kerasnya untuk terus menerus memuaskan dirinya dengan harta. Perlu dikencamkan baik-baik bawa hakikat kekayaan yang sebenarnya adalah kaya hati (hati yang selalu ghoni, selalu merasa cukup). Orang yang kaya hati inilah yang selalu merasa cukup dengan apa yang diberi, selalu merasa qonaโ€™ah (puas) dengan yang diperoleh dan selalu ridho atas ketentuan Allah. Orang semacam ini tidak begitu tamak untuk menambah harta dan ia tidak seperti orang yang tidak pernah letih untuk terus menambahnya. Kondisi orang semacam inilah yang disebut ghoni (yaitu kaya yang sebenarnya).โ€

Ibnu Hajar Al Asqolani rahimahullah menerangkan pula, โ€œOrang yang disifati dengan kaya hati adalah orang yang selalu qonaโ€™ah (merasa puas) dengan rizki yang Allah beri. Ia tidak begitu tamak untuk menambahnya tanpa ada kebutuhan. Ia pun tidak seperti orang yang tidak pernah letih untuk mencarinya. Ia tidak meminta-minta dengan bersumpah untuk menambah hartanya. Bahkan yang terjadi padanya ialah ia selalu ridho dengan pembagian Allah yang Maha Adil padanya. Orang inilah yang seakan-akan kaya selamanya.

Sedangkan orang yang disifati dengan miskin hati adalah kebalikan dari orang pertama tadi. Orang seperti ini tidak pernah qonaโ€™ah (merasa pus) terhadap apa yang diberi. Bahkan ia terus berusaha kerus untuk menambah dan terus menambah dengan cara apa pun (entah cara halal maupun haram). Jika ia tidak menggapai apa yang ia cari, ia pun merasa amat sedih. Dialah seakan-akan orang yang fakir, yang miskin harta karena ia tidak pernah merasa puas dengan apa yang telah diberi. Oran inilah orang yang tidak kaya pada hakikatnya.

Intinya, orang yang kaya hati berawal dari sikap selalu ridho dan menerima segala ketentuan Allah Taโ€™ala. Ia tahu bahwa apa yang Allah beri, itulah yang terbaik dan akan senatiasa terus ada. Sikap inilah yang membuatnya enggan untuk menambah apa yang ia cari.โ€

Perkataan yang amat bagus diungkapkan oleh para ulama:

ุบูู†ูŽู‰ ุงู„ู†ูŽู‘ูู’ุณ ู…ูŽุง ูŠูŽูƒู’ูููŠูƒ ู…ูู†ู’ ุณูŽุฏู‘ ุญูŽุงุฌูŽุฉ ููŽุฅูู†ู’ ุฒูŽุงุฏูŽ ุดูŽูŠู’ุฆู‹ุง ุนูŽุงุฏูŽ ุฐูŽุงูƒูŽ ุงู„ู’ุบูู†ูŽู‰ ููŽู‚ู’ุฑู‹ุง

โ€œKaya hati adalah merasa cukup pada segala yang engkau butuh. Jika lebih dari itu dan terus engkau cari, maka itu berarti bukanlah ghina (kaya hati), namun malah fakir (miskinnya hati).โ€

An Nawawi rahimahullah mengatakan, โ€œKaya yang terpuji adalah kaya hati, hati yang selalu merasa puas dan tidak tamak dalam mencari kemewahan dunia. Kaya yang terpuji bukanlah dengan banyaknya harta dan terus menerus ingin menambah dan terus menambah. Karena barangsiapa yang terus mencari dalam rangka untuk menambah, ia tentu tidak pernah merasa puas. Sebenarnya ia bukanlah orang yang kaya hati.โ€

Namun bukan berarti kita tidak boleh kaya harta. Nabi shallallahu โ€˜alaihi wa sallam bersabda,

ู„ุงูŽ ุจูŽุฃู’ุณูŽ ุจูุงู„ู’ุบูู†ูŽู‰ ู„ูู…ูŽู†ู ุงุชูŽู‘ู‚ูŽู‰ ูˆูŽุงู„ุตูู‘ุญูŽู‘ุฉู ู„ูู…ูŽู†ู ุงุชูŽู‘ู‚ูŽู‰ ุฎูŽูŠู’ุฑูŒ ู…ูู†ูŽ ุงู„ู’ุบูู†ูŽู‰ ูˆูŽุทููŠุจู ุงู„ู†ูŽู‘ูู’ุณู ู…ูู†ูŽ ุงู„ู†ูู‘ุนูŽู…ู
โ€œTidak apa-apa dengan kaya bagi orang yang bertakwa. Dan sehat bagi orang yang bertakwa itu lebih baik dari kaya. Dan bahagia itu bagian dari kenikmatan.โ€ (HR. Ibnu Majah no. 2141 dan Ahmad 4/69. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits ini shahih)
Dari sini bukan berarti kita tercela untuk kaya harta, namun yang tercela adalah tidak pernah merasa cukup dan puas (qonaโ€™ah) dengan apa yang Allah beri. Padahal sungguh beruntung orang yang punya sifat qonaโ€™ah. Dari โ€˜Abdullah bin โ€˜Amr bin Al โ€˜Ash, Rasulullah shallallahu โ€˜alaihi wa sallam bersabda,
ู‚ูŽุฏู’ ุฃูŽูู’ู„ูŽุญูŽ ู…ูŽู†ู’ ุฃูŽุณู’ู„ูŽู…ูŽ ูˆูŽุฑูุฒูู‚ูŽ ูƒูŽููŽุงูู‹ุง ูˆูŽู‚ูŽู†ูŽู‘ุนูŽู‡ู ุงู„ู„ูŽู‘ู‡ู ุจูู…ูŽุง ุขุชูŽุงู‡ู
โ€œSungguh sangat beruntung orang yang telah masuk Islam, diberikan rizki yang cukup dan Allah menjadikannya merasa puas dengan apa yang diberikan kepadanya.โ€ (HR. Muslim no. 1054)
Sifat qonaโ€™ah dan selalu merasa cukup itulah yang selalu Nabi shallallahu โ€˜alaihi wa sallam minta pada Allah dalam doโ€™anya. Dari Ibnu Masโ€™ud radhiyallahu โ€˜anhu, beliau berkata,
ุฃู†ูŽู‘ ุงู„ู†ุจูŠูŽู‘ - ุตู„ู‰ ุงู„ู„ู‡ ุนู„ูŠู‡ ูˆุณู„ู… - ูƒูŽุงู†ูŽ ูŠู‚ูˆู„ : (( ุงู„ู„ูŽู‘ู‡ูู…ูŽู‘ ุฅู†ูู‘ูŠ ุฃุณู’ุฃู„ููƒูŽ ุงู„ู‡ูุฏูŽู‰ ุŒ ูˆุงู„ุชูู‘ู‚ูŽู‰ ุŒ ูˆุงู„ุนูŽููŽุงููŽ ุŒ ูˆุงู„ุบูู†ูŽู‰
โ€œNabi shallallahu โ€˜alaihi wa sallam biasa membaca doโ€™a: โ€œAllahumma inni as-alukal huda wat tuqo wal โ€˜afaf wal ghinaโ€ (Ya Allah, aku meminta pada-Mu petunjuk, ketakwaan, diberikan sifat โ€˜afaf dan ghina).โ€ (HR. Muslim no. 2721). An Nawawi โ€“rahimahullah- mengatakan, โ€œโ€Afaf dan โ€˜iffah bermakna menjauhkan dan menahan diri dari hal yang tidak diperbolehkan. Sedangkan al ghina adalah hati yang selalu merasa cukup dan tidak butuh pada apa yang ada di sisi manusia.โ€

Saudaraku ... milikilah sifat qonaโ€™ah, kaya hati yang selalu merasa cukup dengan apa yang Allah beri. Semoga Allah menganugerahkan kita sekalian sifat yang mulia ini.

0 komentar:

Posting Komentar