Oleh : Fajar Iswanto
Alhamdulillah, segala puji bagi Allah. Maka ke
mana pun kamu menghadap di situlah wajah Allah. Sesungguhnya Allah Maha Luas
(rahmat-Nya) lagi Maha Mengetahui.
Shalawat dan salam semoga terlimpah kepada
Rasulullah, Shallallahu 'Alaihi Wasallam, yang diutus sebagai rahmat bagi
semesta alam, datang dengan syariat yang mudah, memerintahkan agar mempermudah dan jangan mempersulit. Semoga
shalawat dan salam juga dilimpahkan kepada keluarga dan para sahabatnya.
Di alam kubur setiap
orang akan menghadapi ujian yang berat. Yang bisa menghadapi ujian tersebut
dengan mudah hanyalah orang beriman karena benar-benar Allah akan meneguhkan
mereka. Sedangkan orang kafir dan munafik tidak bisa lulus dari ujian tersebut.
Di alam kubur akan ditanyakan tiga perkara mendasar, yaitu siapa Rabb kita, siapa
Nabi kita, apa agama kita. Kita menilai pasti kita akan mudah menjawabnya.
Namun jangan salah, yang bisa menjawabnya dengan mudah hanyalah orang beriman
yang Allah teguhkan imannya.
Bagaimanakah
perjalanan seseorang jika ia telah masuk di alam kubur? Hadits panjang al-Bara’
bin ‘Azib yang diriwayatkan oleh Imam Ahmad dan dishahihkan oleh Imam al-Hakim
dan Syaikh al-Albani menceritakan perjalanan para manusia di alam kuburnya:
Suatu hari kami
mengantarkan jenazah salah seorang sahabat Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam
dari golongan Anshar. Sesampainya di perkuburan, liang lahad masih digali. Maka
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam pun duduk (menanti) dan kami juga
duduk terdiam di sekitarnya seakan-akan di atas kepala kami ada burung gagak
yang hinggap. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam memainkan sepotong dahan
di tangannya ke tanah, lalu beliau mengangkat kepalanya seraya bersabda,
“Mohonlah perlindungan kepada Allah dari adzab kubur!” Beliau ulangi perintah
ini dua atau tiga kali.
Kemudian beliau
shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Seandainya seorang yang beriman sudah
tidak lagi menginginkan dunia dan telah mengharapkan akhirat (sakaratul maut),
turunlah dari langit para malaikat yang bermuka cerah secerah sinar matahari.
Mereka membawa kain kafan dan wewangian dari surga lalu duduk di sekeliling
mukmin tersebut sejauh mata memandang. Setelah itu turunlah malaikat pencabut
nyawa dan mengambil posisi di arah kepala mukmin tersebut. Malaikat pencabut
nyawa itu berkata, ‘Wahai nyawa yang mulia keluarlah engkau untuk menjemput
ampunan Allah dan keridhaan-Nya’. Maka nyawa itu (dengan mudahnya) keluar dari
tubuh mukmin tersebut seperti lancarnya air yang mengalir dari mulut sebuah
kendil. Lalu nyawa tersebut diambil oleh malaikat pencabut nyawa dan dalam
sekejap mata diserahkan kepada para malaikat yang berwajah cerah tadi lalu
dibungkus dengan kafan surga dan diberi wewangian darinya pula. Hingga
terciumlah bau harum seharum wewangian yang paling harum di muka bumi.
Kemudian nyawa yang
telah dikafani itu diangkat ke langit. Setiap melewati sekelompok malaikat di
langit mereka bertanya, ‘Nyawa siapakah yang amat mulia itu?’ ‘Ini adalah nyawa
fulan bin fulan’, jawab para malaikat yang mengawalnya dengan menyebutkan
namanya yang terbaik ketika di dunia. Sesampainya di langit dunia mereka
meminta izin untuk memasukinya, lalu diizinkan. Maka seluruh malaikat yang ada
di langit itu ikut mengantarkannya menuju langit berikutnya. Hingga mereka
sampai di langit ketujuh. Di sanalah Allah berfirman, ‘Tulislah nama hambaku
ini di dalam kitab ‘Iliyyin. Lalu kembalikanlah ia ke (jasadnya di) bumi,
karena darinyalah Aku ciptakan mereka (para manusia), dan kepadanyalah Aku akan
kembalikan, serta darinyalah mereka akan Ku bangkitkan.’
Lalu nyawa tersebut
dikembalikan ke jasadnya di dunia. Lantas datanglah dua orang malaikat yang
memerintahkannya untuk duduk. Mereka berdua bertanya, ‘Siapakah rabbmu?’,
‘Rabbku adalah Allah’ jawabnya. Mereka berdua kembali bertanya, ‘Apakah
agamamu?’, ‘Agamaku Islam’ sahutnya. Mereka berdua bertanya lagi, ‘Siapakah
orang yang telah diutus untuk kalian?’ “Beliau adalah Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam” jawabnya. ‘Dari mana engkau tahu?’ tanya mereka berdua. ‘Aku
membaca Al-Qur’an lalu aku mengimaninya dan mempercayainya’. Tiba-tiba
terdengarlah suara dari langit yang menyeru, ‘(Jawaban) hamba-Ku benar! Maka
hamparkanlah surga baginya, berilah dia pakaian darinya lalu bukakanlah pintu
ke arahnya’. Maka menghembuslah angin segar dan harumnya surga (memasuki
kuburannya) lalu kuburannya diluaskan sepanjang mata memandang.
Saat itu datanglah
seorang (pemuda asing) yang amat tampan memakai pakaian yang sangat indah dan
berbau harum sekali, seraya berkata, ‘Bergembiralah, inilah hari yang telah
dijanjikan dulu bagimu’. Mukmin tadi bertanya, ‘Siapakah engkau? Wajahmu
menandakan kebaikan’. ‘Aku adalah amal salehmu’ jawabnya. Si mukmin tadi pun
berkata, ‘Wahai Rabbku (segerakanlah datangnya) hari kiamat, karena aku ingin
bertemu dengan keluarga dan hartaku.
Adapun orang kafir,
di saat dia dalam keadaan tidak mengharapkan akhirat dan masih menginginkan
(keindahan) duniawi, turunlah dari langit malaikat yang bermuka hitam sambil
membawa kain mori kasar. Lalu mereka duduk di sekelilingnya. Saat itu turunlah
malaikat pencabut nyawa dan duduk di arah kepalanya seraya berkata, ‘Wahai
nyawa yang hina keluarlah dan jemputlah kemurkaan dan kemarahan Allah!’. Maka
nyawa orang kafir tadi ‘berlarian’ di sekujur tubuhnya. Maka malaikat pencabut
nyawa tadi mencabut nyawa tersebut (dengan paksa), sebagaimana seseorang yang
menarik besi beruji yang menempel di kapas basah. Begitu nyawa tersebut sudah
berada di tangan malaikat pencabut nyawa, sekejap mata diambil oleh para malaikat
bermuka hitam yang ada di sekelilingnya, lalu nyawa tadi segera dibungkus
dengan kain mori kasar. Tiba-tiba terciumlah bau busuk sebusuk bangkai yang
paling busuk di muka bumi.
Lalu nyawa tadi
dibawa ke langit. Setiap mereka melewati segerombolan malaikat mereka selalu
ditanya, ‘Nyawa siapakah yang amat hina ini?’, ‘Ini adalah nyawa fulan bin
fulan’ jawab mereka dengan namanya yang terburuk ketika di dunia. Sesampainya
di langit dunia, mereka minta izin untuk memasukinya, namun tidak diizinkan.
Rasulullah membaca firman Allah,
لَا تُفَتَّحُ لَهُمْ أَبْوَابُ السَّمَاءِ وَلَا يَدْخُلُونَ الْجَنَّةَ حَتَّى يَلِجَ الْجَمَلُ فِي سَمِّ الْخِيَاطِ
“Tidak
akan dibukakan bagi mereka (orang-orang kafir) pintu-pintu langit dan mereka
tidak akan masuk surga, sampai seandainya unta bisa memasuki lobang jarum
sekalipun.” (QS.
Al-A’raf: 40)
Saat itu Allah
berfirman, ‘Tulislah namanya di dalam Sijjin di bawah bumi’, Kemudian nyawa itu
dicampakkan (dengan hina dina). Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam
membaca firman Allah ta’ala:
وَمَن يُشْرِكْ بِاللهِ فَكَأنَّمَا خَرَّ مِنَ السَّمَاءِ فَتَخْطَفُهُ الطَّيْرُ أَوْ تَهْوِي بِهِ الرِّيْحُ فِي مَكَانٍ سَحِيْقٍ
“Barang
siapa mempersekutukan sesuatu dengan Allah, maka adalah ia seolah-olah jatuh
dari langit lalu disambar oleh burung, atau diterbangkan angin ke tempat yang
jauh.” (QS.
Al-Hajj: 31)
Kemudian nyawa tadi
dikembalikan ke jasadnya, hingga datanglah dua orang malaikat yang
mendudukannya seraya bertanya, ‘Siapakah rabbmu?’, ‘Hah hah… aku tidak tahu’
jawabnya. Mereka berdua kembali bertanya, ‘Apakah agamamu?’ “Hah hah… aku tidak
tahu’ sahutnya. Mereka berdua bertanya lagi, ‘Siapakah orang yang telah diutus
untuk kalian?’ “Hah hah… aku tidak tahu’ jawabnya.Saat itu terdengar seruan
dari langit, ‘Hamba-Ku telah berdusta! Hamparkan neraka baginya dan bukakan
pintu ke arahnya’. Maka hawa panas dan bau busuk neraka pun bertiup ke dalam
kuburannya. Lalu kuburannya di ‘press’ (oleh Allah) hingga tulang belulangnya
(pecah dan) menancap satu sama lainnya.
Tiba-tiba datanglah
seorang yang bermuka amat buruk memakai pakaian kotor dan berbau sangat busuk,
seraya berkata, ‘Aku datang membawa kabar buruk untukmu, hari ini adalah hari
yang telah dijanjikan bagimu’. Orang kafir itu seraya bertanya, ‘Siapakah
engkau? Wajahmu menandakan kesialan!’, ‘Aku adalah dosa-dosamu’ jawabnya.
‘Wahai Rabbku, janganlah engkau datangkan hari kiamat’ seru orang kafir tadi.
(HR. Ahmad dalam Al-Musnad (XXX/499-503) dan dishahihkan oleh al-Hakim dalam
Al-Mustadrak (I/39) dan al-Albani dalam Ahkamul Janaiz hal. 156)
Lihatlah kisah di
atas, tidak setiap orang bisa dengan mudah menjawab tiga pertanyaan kubur.
Orang munafik hanya mengatakan saya tidak tahu padahal di dunia ia mengaku
muslim, namun di hatinya kufur. Demikian pula orang kafir tidak bisa menjawab
tiga pertanyaan tersebut. Yang mudah menjawabnya adalah orang beriman.
Artikel
www.remajaislam.com, dipublish ulang dan disesuaikan oleh http://www..afutuhnews.blogspot.com
0 komentar:
Posting Komentar