Oleh : Fajar Iswanto
Segala puji bagi
Allah, Rabb semesta alam. Shalawat dan salam kepada Nabi kita Muhammad,
keluarga, para sahabat dan orang-orang yang mengikuti mereka dengan baik hingga
akhir zaman.
Untuk membuat
seseorang akan tertarik pada kita, caranya adalah dengan mencari perhatiannya.
Berbuatlah baik padanya, maka ia pun akan merasa diberi hati. Sehingga ia akan
semakin lekat dan semakin menempel. Namun maksud tulisan ini bukanlah sebagai
tips untuk muda-mudi yang hatinya sedang berbunga-bunga dengan kekasihnya.
Tidak sama sekali, karena pacaran adalah jalan menuju zina dan jelas haramnya.
Yang kami jelaskan di sini adalah tabiat hati yang cenderung akan menyukai
orang yang berbuat baik padanya. Dan yang lebih terpenting adalah jika
kecintaan tersebut dilandaskan cinta karena Allah.
Cenderung
Cinta Padanya
Dalam sebuah atsar
disebutkan,
جبلت القلوب على حب من أحسن إليها وبغض من أساء إليها
Tabiat hati adalah cenderung mencintai
orang yang berbuat baik padanya dan membenci orang yang berbuat jelek padanya.”
(HR. Al Baihaqi dalam Syu’abul Iman 6: 2985, Abu Nu’aim dalam Al Hilyah 4: 131,
Al Jami’ Ash Shogir 3580. As Suyuthi mengatakan hadits ini dho’if). Walaupun
hadits ini dho’if, namun maknanya tepat dan benar.
Cintailah
Karena Allah
Kecintaan seseorang
pada orang yang suka berbuat baik padanya, itu memang boleh. Namun hendaklah
kecintaan tersebut dibangun di atas kecintaan karena Allah. Artinya, standar
kecintaan pada saudaranya seimbang dengan ketaatan saudaranya pada Allah. Jika
saudaranya termasuk kalangan orang sholeh dan bertakwa, ia akan semakin cinta.
Sebaliknya, cintanya akan semakin berkurang pada yang suka berbuat maksiat dan
durhaka. Inilah maksud kecintaan karena Allah. Berarti kecintaan seseorang yang
mencintai karena Allah akan berbeda pada pecandu rokok dan pada pemuda yang
lisannya tidak pernah lepas dari dzikir. Kecintaan karena Allah itulah yang
menuai kelezatan dan manisnya iman.
Dari Anas
radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
ثَلاَثٌ مَنْ كُنَّ فِيهِ وَجَدَ حَلاَوَةَ الإِيمَانِ أَنْ يَكُونَ اللَّهُ وَرَسُولُهُ أَحَبَّ إِلَيْهِ مِمَّا سِوَاهُمَا ، وَأَنْ يُحِبَّ الْمَرْءَ لاَ يُحِبُّهُ إِلاَّ لِلَّهِ ، وَأَنْ يَكْرَهَ أَنْ يَعُودَ فِى الْكُفْرِ كَمَا يَكْرَهُ أَنْ يُقْذَفَ فِى النَّارِ
Tiga
perkara yang seseorang akan merasakan manisnya iman : ia lebih mencintai Allah
dan Rasul-Nya lebih dari yang lainnya, ia mencintai seseorang hanya karena
Allah, ia benci untuk kembali pada kekufuran sebagaimana ia benci bila
dilemparkan dalam neraka.”
(HR. Bukhari no. 6941 dan Muslim
no. 43)
Begitu juga dalam
hadits dari Abu Hurairah, ia berkata bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa
sallam menerangkan mengenai tujuh golongan yang akan mendapatkan naungan Allah
pada hari yang tiada naungan selain dari-Nya. Di antara golongan tersebut
adalah,
وَرَجُلاَنِ تَحَابَّا فِى اللَّهِ اجْتَمَعَا عَلَيْهِ وَتَفَرَّقَا عَلَيْهِ
Dua
orang yang saling mencintai karena Allah. Mereka berkumpul dan berpisah dengan
sebab cinta karena Allah.” (HR. Bukhari no. 660 dan Muslim no. 1031)
Begitu pula dalam
hadits Abu Dzar, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
إِنَّ أَحَبَّ الأَعْمَالِ إِلَى اللَّهِ عَزَّ وَجَلَّ الْحُبُّ فِى اللَّهِ وَالْبُغْضُ فِى اللَّهِ
Sesungguhnya
amalan yang lebih dicintai Allah ‘azza wa jalla adalah cinta karena Allah dan
benci karena Allah.” (HR. Ahmad 5: 146 dan Abu Daud no.
4599. Syaikh Syu’aib Al Arnauth mengatakan bahwa hadits ini hasan lighoirih,
dilihat dari jalur lain)
Akan
Dikumpulkan Bersama Orang yang Dicintai
Inilah di antara
faedah besar seseorang mencintai saudaranya karena Allah atau termasuk dalam
hal ini adalah mencintai Rasul shallallahu ‘alaihi wa sallam.
Dari Anas bin Malik,
beliau mengatakan bahwa seseorang bertanya pada Nabi shallallahu ‘alaihi wa
sallam, “Kapan terjadi hari kiamat, wahai Rasulullah?”Beliau shallallahu
‘alaihi wa sallam berkata, “Apa yang telah engkau persiapkan untuk
menghadapinya?”Orang tersebut menjawab, “Aku tidaklah mempersiapkan untuk
menghadapi hari tersebut dengan banyak shalat, banyak puasa dan banyak sedekah.
Tetapi yang aku persiapkan adalah cinta Allah dan Rasul-Nya.”Beliau shallallahu
‘alaihi wa sallam berkata,
أَنْتَ مَعَ مَنْ أَحْبَبْتَ
“(Kalau begitu) engkau akan
bersama dengan orang yang engkau cintai.” (HR. Bukhari no. 6171 dan Muslim no. 2639)
Dalam riwayat lain,
Anas mengatakan, “Kami tidaklah pernah
merasa gembira sebagaimana rasa gembira kami ketika mendengar sabda Nabi
shallallahu ‘alaihi wa sallam: Anta ma’a man ahbabta (Engkau akan bersama
dengan orang yang engkau cintai).”Anas pun mengatakan, “Kalau begitu aku
mencintai Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, Abu Bakar, dan ‘Umar. Aku
berharap bisa bersama dengan mereka karena kecintaanku pada mereka, walaupun
aku tidak bisa beramal seperti amalan mereka.” (HR. Bukhari no. 3688)
Dalam riwayat
Tirmidzi disebutkan sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam,
الْمَرْءُ مَعَ مَنْ أَحَبَّ وَأَنْتَ مَعَ مَنْ أَحْبَبْتَ
Seseorang
akan bersama dengan orang yang ia cintai. Dan engkau akan bersama orang yang
engkau cintai.” (HR. Tirmidzi no. 2385. Syaikh Al
Albani mengatakan bahwa hadits ini shahih)
Ibnu Hajar berkata,
“Maksud ‘sesungguhnya engkau akan bersama dengan orang yang engkau cintai’
adalah engkau akan didekatkan dengan mereka, begitu pula hal ini termasuk dalam
golongan yang ia cintai. Bagaimana jika kedudukan di surga di antara mereka bertingkat-tingkat
derajat? Apakah masih tetap dikatakan bersama? Jawabnya, tetap masih disebut
bersama. Selama masih ada kesamaan, seperti sama-sama masuk surga, maka itu pun
disebut bersama. Jadi tidak mesti bersama dalam segala sisi. Jika semuanya tadi
masuk surga, itu sudah disebut bersama walau berbeda-beda derajat.” (Fathul
Bari, 10: 555)
Kecintaan
yang Mubah
Kecintaan biasa yang
sifatnya mubah (baca: boleh-boleh saja) tidak menyebabkan kecintaan tersebut
terbawa sampai akhirat. Derajat mereka akan tergantung pada amalnya dan sesuai
karunia Allah Ta’ala. Patut direnungkan firman Allah Ta’ala,
وَمَنْ يَعْمَلْ مِنَ الصَّالِحَاتِ وَهُوَ مُؤْمِنٌ فَلَا يَخَافُ ظُلْمًا وَلَا هَضْمًا
Dan
barangsiapa mengerjakan amal-amal yang saleh dan ia dalam keadaan beriman, maka
ia tidak khawatir akan perlakuan yang tidak adil (terhadapnya) dan tidak (pula)
akan pengurangan haknya.” (QS. Thoha: 112)
Intinya kecintaan
yang bermanfaat adalah kecintaan karena Allah sebagaimana firman Allah Ta’ala,
الْأَخِلَّاءُ يَوْمَئِذٍ بَعْضُهُمْ لِبَعْضٍ عَدُوٌّ إِلَّا الْمُتَّقِينَ
Teman-teman
akrab pada hari itu sebagiannya menjadi musuh bagi sebagian yang lain kecuali
orang-orang yang bertakwa.” (QS. Az Zukhruf: 67)
Ya Allah,
tumbuhkanlah rasa cinta kami terhadap sesama yang dilandasi kecintaan
karena-Mu. Aamiin Ya Mujibbas Saa-ilin.
Artikel
www.remajaislam.com, dipublish ulang dan disesuaikan oleh http://www..afutuhnews.blogspot.com
Artikel : http://www.alfutuhnews.blogspot.com
0 komentar:
Posting Komentar