Cantik. Kata yang
begitu digemari perempuan. Sangat diidam-idamkan bahkan diperjuangkan.
Keinginan untuk menjadi seperti yang dimaknai dalam kata ini bahkan telah
sangat dipahami oleh anak kecil sekalipun.
Seperti seorang anak
berusia empat tahun yang sangat gemar membolak-balikkan katalog produk
kecantikan internasional. Jemarinya begitu lincah membuka lembar demi lembar
buku kecil tersebut. Sementara matanya tak lepas mengamati berbagai produk
kecantikan beraneka warna di hadapannya. Dengan bangga, ia menunjuk beberapa
jenis produk yang terpampang dan mengatakan bahwa produk tersebut adalah
miliknya. “Nanti, aku cantik sepelti ini ya Ummi?” tanyanya sambil menunjuk
foto model berambut pirang panjang di halaman tersebut. Sang Ummi pun hanya tersenyum
sambil mengatakan bahwa buah hatinya itu juga cantik.
Cantik, mungkin
secara naluriah sudah dimiliki seorang perempuan sedari kecil. Semua perempuan
dengan adat dan lingkungan pun memiliki definisi berbeda dengan bentuk fisik
yang disebut cantik. Bagi orang-orang Eropa dan Amerika, mungkin “cantik”
adalah sematan kata untuk perempuan yang bertubuh ramping, berkulit putih, dan
memiliki tinggi ideal. Sementara cantik, menurut suku asli di Papua adalah
perempuan dengan perut yang buncit karena identik dengan kesuburan.
…Kecantikan jiwa atau kecantikan ruhiyah ini hanya akan kita
dapatkan dari ketundukan kita pada tuntunan Allah Rabbul Izzati dan akhlak
mulia…
Lain lagi dengan suku
Dayak di Kalimantan, perempuan yang cantik bagi mereka adalah yang memiliki
lubang telinga panjang karena diganduli oleh bergelang-gelang hiasan telinga.
Entah bagaimana dengan definisi suku-suku lain di berbagai benua. Cantik versi
kita pun berbeda-beda. Yang berkulit sawo matang terlihat lebih manis atau yang
berhidung bangir lebih cantik terlihat daripada yang mancung dalam ukuran
besar.
Allah SWT memang
Mahaindah dan Mahaadil. Dia ciptakan kita dengan berbagai jenis dan suku bangsa
lengkap dengan kondisi alamnya masing-masing sehingga terciptalah
keunikan-keunikan tersendiri. Sebagaimana firman-Nya dalam surat Ar-Rum ayat
21:
وَمِنْ آيَاتِهِ أَنْ خَلَقَ لَكُمْ مِنْ أَنْفُسِكُمْ أَزْوَاجًا لِتَسْكُنُوا إِلَيْهَا وَجَعَلَ بَيْنَكُمْ مَوَدَّةً وَرَحْمَةً إِنَّ فِي ذَلِكَ لآيَاتٍ لِقَوْمٍ يَتَفَكَّرُونَ
“Dan di antara tanda-tanda (kebesaran)-Nya ialah penciptaan langit dan
bumi, perbedaan bahasamu dan warna kulitmu. Sungguh, pada yang demikian itu
benar-benar terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang mengetahui.”
Sehingga, manusia
dari bangsa apapun yang diciptakan Allah SWT tetaplah penciptaan yang sempurna.
Bila pun kemudian ada manusia yang lahir dengan keadaan cacat sekalipun, Allah
SWT tetap menyempurnakan penciptaannya tersebut dengan kelebihan yang tak
dimiliki oleh orang normal.
Kecantikan
yang terpancar dari Hati
Kembali ke masalah
cantik, berangkat dari keunikan dan kesempurnaan penciptaan Allah SWT tersebut,
tentu tak ada orang bahkan produsen kosmetik kelas dunia sekalipun yang berhak
mengklaim definisi cantik. Bila selama ini yang dikatakan cantik oleh iklan-iklan
kosmetik, makanan diet, atau minuman kebugaran adalah mereka yang bertubuh
langsing, berkulit putih, dan rambut terurai; maka dapat dipastikan itu adalah
penyesatan opini. Karena, tiap daerah, dengan keunikannya dan lingkungannya
pasti memiliki definisi tersendiri tentang cantik. Bahkan, kita sebagai seorang
Muslimah pun memiliki definisi hakiki tentang kata cantik.
…Cantik itu tak sekedar tampilan luar tetapi bagaimana seorang
perempuan memiliki kecantikan di dalam hatinya alias innerbeauty…
Yang lebih penting
lagi, cantik tentu tak sekedar tampilan luar tetapi bagaimana seorang perempuan
memiliki kecantikan di dalam hatinya. Di dalam jiwanya. Innerbeauty, begitulah
bahasa kerennya. Kecantikan yang berasal dari hati. Kecantikan yang akan terus
merekah meski jasad kita telah menua bahkan mati. Alangkah ruginya, bila kita
memperjuangkan kata cantik versi banyak orang. Karena, selain cantik memiliki
pengertian yang berbeda di setiap daerah, cantik sebatas tampilan jasmaniah
hanya akan membuat kita terperosok pada keinginan untuk selalu mempercantik
diri hingga membuat kita menjadi “langganan” pabrik kosmetik.
Kecantikan jasmani tentu akan terus berkurang seiring dengan perjalanan waktu.
Sekarang yang menjadi
soal adalah bagaimana kita dapat mempercantik jiwa kita. Kecantikan jiwa atau
kecantikan ruhiyah ini hanya akan kita dapatkan dari ketundukan kita pada
tuntunan Allah Rabbul Izzati dan akhlak mulia yang kita lakukan. Menjaga diri
dengan menutup aurat sesuai sabda Rasulullah SAW (kecuali muka dan telapak
tangan yang boleh terlihat, tidak tembus pandang, dan tidak ketat), taat
beribadah, menjaga lisan, berbaik-sangka dan cerdas memilih tindakan,
lemah-lembut, sopan, peka terhadap penderitaan orang lain, serta berbagai sikap
yang telah dicontohkan oleh Rasulullah Saw beserta para perempuan Mu’min di
jaman Rasul. Itulah, definisi hakiki kecantikan sejati seorang Muslimah.
Sehingga, kecantikan tak hanya akan menjadi penghias wajah belaka tetapi juga
pancaran dari hati yang tunduk pada titah Ilahi dan membawa kebaikan bagi
kehidupan sesama manusia. [Kartika]
0 komentar:
Posting Komentar