Al-Hamdulillah,
segala puji bagi Allah yang dari-Nya semua nikmat berasal. Shalawat dan salam
semoga terlimpah dan tercurah kepada baginda Rasulillah Muhammad Shallallahu
'Alaihi Wasallam, beserta keluarga dan para sahabatnya.
Di antara bentuk akhlak mulia yang diajarkan dalam
Islam adalah bermuka manis di hadapan orang lain. Bahkan hal ini dikatakan oleh
Syaikh Musthofa Al ‘Adawi menunjukkan sifat tawadhu’ seseorang. Namun sedikit
di antara kita yang mau memperhatikan akhlak mulia ini. Padahal di antara cara
untuk menarik hati orang lain pada dakwah adalah dengan akhlak mulia.
Lihatlah bagaimana akhlak mulia ini diwasiatkan
oleh Lukman pada anaknya,
وَلَا تُصَعِّرْ خَدَّكَ لِلنَّاسِ وَلَا تَمْشِ فِي الْأَرْضِ مَرَحًا إِنَّ اللَّهَ لَا يُحِبُّ كُلَّ مُخْتَالٍ فَخُورٍ
“Dan
janganlah kamu memalingkan mukamu dari manusia (karena sombong) dan janganlah
kamu berjalan di muka bumi dengan angkuh. Sesungguhnya Allah tidak menyukai
orang-orang yang sombong lagi membanggakan diri” (QS. Lukman: 18).
Ibnu Katsir menjelaskan mengenai ayat tersebut,
“Janganlah palingkan wajahmu dari orang lain ketika engkau berbicara dengannya
atau diajak bicara. Muliakanlah lawan bicaramu dan jangan bersifat sombong.
Bersikap lemah lembutlah dan berwajah
cerialah di hadapan orang lain” (Tafsir Al Qur’an Al ‘Azhim, 11: 56).
Dari Abu Dzar, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam
bersabda,
لاَ تَحْقِرَنَّ مِنَ الْمَعْرُوفِ شَيْئًا وَلَوْ أَنْ تَلْقَى أَخَاكَ بِوَجْهٍ طَلْقٍ
“Janganlah
meremehkan kebaikan sedikit pun juga walau engkau bertemu saudaramu dengan
wajah berseri” (HR. Muslim no. 2626).
Begitu pula dengan wajah ceria dan berseri akan
mudah menarik hati orang lain ketika diajak pada Islam dan kepada kebaikan.
Senyum manis adalah di antara modal ketika berdakwah. Dari Abu Hurairah, Nabi
shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
إنَّكُمْ لَا تَسَعُونَ النَّاسَ بِأَمْوَالِكُمْ وَلَكِنْ لِيَسَعْهُمْ مِنْكُمْ بَسْطُ الْوَجْهِ وَحُسْنُ الْخُلُقِ
“Sesungguhnya
kalian tidak bisa menarik hati manusia dengan harta kalian. Akan tetapi kalian
bisa menarik hati mereka dengan wajah berseri dan akhlak yang mulia” (HR.
Al Hakim dalam mustadroknya. Al Hakim mengatakan bahwa hadits ini shahih).
Dari Jarir, ia berkata,
مَا حَجَبَنِى النَّبِىُّ - صلى
الله عليه وسلم - مُنْذُ أَسْلَمْتُ ، وَلاَ رَآنِى إِلاَّ تَبَسَّمَ فِى وَجْهِى
“Nabi
shallallahu ‘alaihi wa sallam tidak menghalangiku sejak aku memberi salam dan
beliau selalu menampakkan senyum padaku” (HR. Bukhari no. 6089 dan Muslim no. 2475).
Wajah berseri dan tersenyum termasuk bagian dari
akhlak mulia. Ibnul Mubarok berkata bahwa makna ‘husnul khulq’ (akhlak mulia),
طَلاَقَةُ الوَجه ، وَبَذْلُ المَعروف ، وَكَفُّ الأذَى
“Wajah
berseri, berbuat kebaikan (secara umum) dan menghilangkan gangguan”.
Dinukil dari Riyadhus Sholihin karya Imam Nawawi rahimahullah.
Sedangkan orang yang berakhlak mulia disebutkan
dalam hadits dari Jabir, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
إِنَّ مِنْ أَحَبِّكُمْ إِلَىَّ وَأَقْرَبِكُمْ مِنِّى مَجْلِسًا يَوْمَ الْقِيَامَةِ أَحَاسِنَكُمْ أَخْلاَقًا
“Orang yang
paling dicintai di antara kalian dan yang paling dekat duduk denganku di hari
kiamat adalah yang paling bagus akhlaknya” (HR. Tirmidzi no. 2018. Syaikh
Al Albani mengatakan bahwa hadits ini shahih).
Namun wajah berseri ini tidaklah setiap saat dan
tidak ditujukan pada setiap orang. Ketika menghadapi orang yang lebih pantas
dimarahi (bukan diberi senyuman), juga di hadapan orang kafir maka kita tidak
menyikapi seperti itu sebagaimana diterangkan oleh Ash Shon’ani dalam Subulus
Salam. Juga amat bahaya jika seorang gadis memberi senyuman kepada laki-laki
karena godaannya amat besar.
Ya Allah, berikanlah kami anugerah dengan akhlak
yang mulia dan selalu berwajah ceria di hadapan saudara-saudara kami.
0 komentar:
Posting Komentar