Alhamdulillah. Kita
panjatkan segala puji pada Allah dan kita meminta pertolonganNya. Seraya
memohon ampun dan meminta perlindunganNya dari segala keburukan jiwa dan dari
kejelekan amaliah. Barangsiapa yang telah Allah tunjukkan jalan baginya, maka
tiada yang bisa menyesatkannya. Dan barang siapa yang telah Allah sesatkan
jalannya, maka tiada yang bisa memberinya petunjuk. Ya Allah limpahkanlah
salawat dan salam bagi Muhammad saw berserta keluarga dan sahabat-sahabatnya,
semuanya.
Setiap kita pastinya
ingin masuk surga. Hanya orang yang rusak akal dan fitrahnya yang siap masuk
neraka. Sedangkan untuk masuk surga ada syarat yang harus dipenuhi. Ada jalan
yang harus ditempuh. Ada pula I'tiqad dan amal yang harus dijalankan.
Nabi Shallallahu
'Alaihi Wasallam telah menjelaskan syarat-syarat dan jalan menuju surga. Di
antara yang terdapat dalam hadits Ubadah bin Shamit Radhiyallahu 'Anhu yang
mengatakan, Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam bersabda:
مَنْ شَهِدَ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيكَ لَهُ وَأَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُولُهُ وَأَنَّ عِيسَى عَبْدُ اللَّهِ وَرَسُولُهُ وَكَلِمَتُهُ أَلْقَاهَا إِلَى مَرْيَمَ وَرُوحٌ مِنْهُ وَالْجَنَّةُ حَقٌّ وَالنَّارُ حَقٌّ أَدْخَلَهُ اللَّهُ الْجَنَّةَ عَلَى مَا كَانَ مِنْ الْعَمَلِ
"Barangsiapa bersyahadat (bersaksi) bahwa
tiada Ilah (Tuhan) yang berhak disembah kecuali Allah semata yang tiada sekutu
bagi-Nya, dan Muhammad adalah hamba dan utusan-Nya, dan (bersyahadat) bahwa Isa
adalah hamba Allah dan utusan-Nya, kalimat-Nya yang disampaikan kepada Maryam
dan ruh daripada-Nya; dan (bersyahadat) pula bahwa surga benar adanya dan
neraka benar adanya; pasti Allah memasukkannya ke dalam surga betapapun amal
yang telah diperbuatnya." (HR.
Al-Bukhari dan Muslim)
Makna syahadat ialah:
persaksian dengan hati dan lisan dengan memahami maknanya dan mengamalkan
tuntutannya secara zahir dan batin. Sebuah persaksian tidak sah kecuali jika
bersumber dari ilmu (pengetahuan), keyakinan, ikhlas, dan jujur. Maka siapa
yang bersaksi dengan lima perkara di atas berarti ia berikrar (mengucapkan)-nya
dengan memahami maknanya, mengamalkan tuntutannya, secara lahir dan batin.
(Lihat: Fathul Majid: 51-51)
Makna
Laa Ilaha Illallah
Kesaksian pertama
yang disebutkan dalam hadits di atas adalah bersyahadat Laa Ilaha Illallah.
Maknanya bersaksi bahwa tidak ada yang disembah dengan hak (benar) kecuali
Allah. Karena ma'budat (sesembahan/yang diibadahi) itu ada dua; Pertama,
disembah dengan benar, yaitu Allah Ta'ala. Kedua, disembah dengan batil, yaitu setiap
yang diibadahi selain Allah seperti patung-patung, berhala, para wali,
orang-orang shalih dan semisalnya.
Maka makna syahadat
ini: mengucapkan kalimat syahadat dengan mengetahui maknanya, benar-benar
meyakininya, dan mengamalkan tuntutannya. Maka siapa yang tidak mau mengucapkan
Laa Ilaha Illallah maka tidak dihukumi sebagai muslim, walaupun hatinya
benar-benar mengetahuinya. Hal ini berdasarkan sabda Nabi Shallallahu 'Alaihi
Wasallam,
"Aku diperintahkan untuk
memerangi manusia sampai mereka mengucapkan Laa Ilaha Illallah . ."
Berucap dengan lisan
saja juga belum cukup, tapi ia harus meyakininya dengan hatinya. Siapa yang
hatinya tidak meyakini kalimat ini, ia bukan seorang muslim. Orang-orang
munafikin mengucapkan Laa Ilaha Illallah, tapi mereka tidak meyakini maknanya.
Mereka mengucapkannya atas kepentingan duniawi, karenanya mereka berada di
kerak neraka paling bawah.
Munafikin: mereka
menampakkan Islamnya dan menyembunyikan kekafirannya, di antara perbuatan
mereka menghina agama, Rasul, atau membenci Rasulullah Shallallahu 'Alaihi
Wasallam dan apa yang beliau bawa.
Syaikh Abdurrahman
bin Hasan berkata: "Siapa yang mengucapkan Laa Ilaha Illallah tanpa
mengetahui maknanya, tanpa meyakini dan mengamalkan tuntutannya: berupa sikap
bara' (lepas diri) dari kesyirikan, ikhlas dalam ucapan dan perbuatan, -ucapan
hati dan lisan, amal hati dan anggota badan,- maka ucapannya itu tidak
bermanfaat berdasarkan ijma' (kesepakatan ulama)." (Fath al-Majid: 51)
Kalimat, wahdahu (Dia
semata) menguatkan penetapan ibadah kepada Allah. sementara Laa Syariikalah
(Tidak ada sekutu baginya) menguatkan peniadaan hak bermacam bentuk ibadah
kepada selain Allah. Sehingga ringkas dari kandungan persaksian pertama dalam
hadits ini, meniadakan peribadatan dari selain Allah dan menetapkannya hanya
untuk Allah semata yang tidak ada sekutu bagi-Nya. Dan inilah isi Al-Qur'an
dari awal sampai akhir, menjelaskan makna ini, menetapkan dan mengajak
kepadanya.
. . . Siapa yang mengucapkan Laa Ilaha Illallah tanpa mengetahui
maknanya, tanpa meyakini dan mengamalkan tuntutannya, maka ucapannya itu tidak
bermanfaat berdasarkan ijma' (kesepakatan ulama). . .
Makna
Muhammad Abduhu wa Rasuluh
Menjadi hamba Allah
dan Rasul-Nya merupakan sifat mulia yang dimiliki Nabi Shallallahu 'Alaihi Wasallam.
Bahwa beliau menjalankan ibadah kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala. Beliau bukan
sekutu bagi Allah. Tidak pula mengajak manusia untuk beribadah kepadanya dan
mengangkatnya sebagai Tuhan selain Allah. Karenanya tidak boleh bersikap
berlebihan kepada beliau dengan mengangkatnya melebihi derajat kehambaannya
kepada derajat tuhan.
Nabi Muhammad
Shallallahu 'Alaihi Wasallam memang seorang hamba yang wajib beribadah kepada
Tuhannya seperti yang lainnya, namun beliau dimuliakan lebih tinggi atas
manusia selainnya dengan risalah. Allah memilihnya untuk menjadi utusan-Nya
yang mengajak manusia untuk beribadah kepada-Nya semata. Sehingga beliau tidak
boleh diremehkan, perkataanya tidak boleh didustakan, perintahnya tidak boleh
dikesampingkan, dan larangannya tidak boleh diterjang. Kehidupannya menjadi
teladan yang wajib diikuti. Siapa yang ingin dicintai oleh Allah, ia harus
mengikuti beliau Shallallahu 'Alaihi Wasallam.
Dalam Fathul Majid
disebutkan, "Syahadat Muhammad adalah utusan Allah menuntut iman kepadanya,
membenarkan kabar berita yang disampaikannya, mentaati apa yang beliau
perintahkan, meninggalkan apa yang beliau larang dan cela, dan tidak
mendahulukan perkataan siapapun atas perkataanya."
Makna
Isa Adalah Hamba Allah dan Utusan-Nya
Kalimat Abdullah
(hamba Allah) adalah sebagai bantahan terhadap keyakinan Nasrani yang meyakini
Isa bukan hamba Allah tapi sebagai anak Allah, satu oknum dari tiga tuhan
(trinitas). Bahkan mereka sampai menyebut Isa adalah Allah itu sendiri. Allah
mengingkari keyakinan mereka dan menghukumi kafir atasnya, "Sesungguhnya
telah kafirlah orang-orang yang berkata: "Sesungguhnya Allah adalah Al
Masih putra Maryam"," (QS. Al-Maidah: 72), "Sesungguhnya
kafirlah orang-orang yang mengatakan: "Bahwasanya Allah salah satu dari
yang tiga". (QS. Al-Maidah: 73).
Warasuluh
(utusan-Nya) sebagai bantahan dan pengingkaran terhadap keyakinan Yahudi yang
menentang risalah Nabi Isa 'alaihis salam, mendustakannya, menghinanya sebagai
anak zina, terus memusuhi dan berusaha membunuhnya. Kemudian Allah menyelamatkannya
dengan mengangkatnya ke langit.
Dalam hadits ini
dijelaskan hakikat Nabi Isa dan penciptaannya, keunikan dalam penciptaan beliau
sebagai penciptaan Nabi Adam 'Alaihis Salam. Allah ciptakan dengan kalimatnya
KUN (jadilah), maka beliau ada tanpa seorang bapak. Karenanya Nabi Isa disebut
dengan kalimat karena Allah menciptakan Nabi Isa dengannya. Allah Ta'ala
berfirman,
إِنَّ مَثَلَ عِيسَى عِنْدَ اللَّهِ كَمَثَلِ آدَمَ خَلَقَهُ مِنْ تُرَابٍ ثُمَّ قَالَ لَهُ كُنْ فَيَكُونُ
"Sesungguhnya misal (penciptaan) Isa di sisi
Allah, adalah seperti (penciptaan) Adam. Allah menciptakan Adam dari tanah,
kemudian Allah berfirman kepadanya: "Jadilah" (seorang manusia), maka
jadilah dia." (QS. Ali Imran:
59) Maksudnya: Jika kalian heran dengan penciptaan Isa, dia diciptakan dari
seorang Ibu tanpa bapak, ia diciptakan dengan kalimat KUN, lalu jadilah ia,
maka bagaimana kalian tidak lebih heran dengan penciptaan Adam yang diciptakan
tanpa perantara seorang bapak dan ibu?.
Kehidupan yang Allah
berikan kepadanya sebagaimana ruh-ruh bani Adam yang lain. Maknanya bukan dalam
diri beliau 'Alaihis Salam bersarang ruh dari Dzat Allah Ta'ala, Maha suci
Allah dari memiliki sekutu. Dikhususkan penyebutannya di sini karena beliau
diciptakan tanpa perantara bapak. Ini terjadi dengan kuasa Allah 'Azza wa
Jalla, dan Dia Maha Kuasa atas segala sesuatu.
Makna
Surga dan Neraka Benar Adanya
Dia juga bersaksi
bahwa surga adalah negeri orang-orang bertakwa, sementara neraka sebagai tempat
tinggal orang-orang kafir. Keduanya benar-benar ada. Keduanya sudah diciptakan
dan sudah ada. Keduanya kekal dan tidak akan hilang untuk selama-lamanya.
Ibnul Qayim
menjelaskan, bahwa surga dan neraka adalah negeri balasan pada hari kiamat.
Negeri yang tak akan binasa dan hancur untuk selama-lamanya. Jika seseorang
beriman dengan dua negeri ini maka akan mendorongnya beramal shalih dan
bertaubat dari dosa. Sementara yang tidak beriman kepada akhirat, ia akan
berbuat semaunya sesuai keinginan syahwatnya, ia tidak mengintrsopeksi diri
mereka sendiri sebagaimana yang Allah kabarkan tentang kaum zalimin dan
kafirin. Allah Ta'ala berfirman,
أَيَعِدُكُمْ أَنَّكُمْ إِذَا مِتُّمْ وَكُنْتُمْ تُرَابًا وَعِظَامًا أَنَّكُمْ مُخْرَجُونَ هَيْهَاتَ هَيْهَاتَ لِمَا تُوعَدُونَ إِنْ هِيَ إِلَّا حَيَاتُنَا الدُّنْيَا نَمُوتُ وَنَحْيَا وَمَا نَحْنُ بِمَبْعُوثِينَ
"Apakah ia menjanjikan kepada kamu sekalian,
bahwa bila kamu telah mati dan telah menjadi tanah dan tulang belulang, kamu
sesungguhnya akan dikeluarkan (dari kuburmu)?,jauh, jauh sekali (dari
kebenaran) apa yang diancamkan kepada kamu itu, kehidupan itu tidak lain
hanyalah kehidupan kita di dunia ini, kita mati dan kita hidup dan sekali-kali
tidak akan dibangkitkan lagi." (QS.
Al-Mukminun: 35-37)
. . . Jika seseorang beriman dengan dua negeri ini maka akan
mendorongnya beramal shalih dan bertaubat dari dosa. Sementara yang tidak
beriman kepada akhirat, ia akan berbuat semaunya sesuai keinginan syahwatnya .
. .
Balasan
Untuk Lima Kesaksian di Atas
Rasulullah
Shallallahu 'Alaihi Wasallam mengabarkan bagi siapa yang bersaksi dengan benar
terhadap lima perkara yang telah disebutkan maka Allah pasti memasukkannya ke
dalam surga seberapa amal yang diperbuatnya.
أَدْخَلَهُ اللَّهُ الْجَنَّةَ عَلَى مَا كَانَ مِنْ الْعَمَلِ
"Pasti Allah memasukkannya ke dalam surga
betapapun amal yang telah diperbuatnya." (HR. Al-Bukhari dan Muslim)
Dalam riwayat lain
berbunyi, "Allah pasti memasukkannya ke dalam surga dari pintu surga mana
saja yang dia kehendaki."
Para ulama
menjelaskan tentang makna balasan baik di atas dalam dua pendapat: Pertama,
Allah pasti memasukkannya ke dalam surga walaupun di antara amalnya ada yang
baik dan yang buruk. Karena ahli tauhid pasti akan dimasukkan ke dalam surga,
hanya saja dia bisa dimasukkan segera atau diakhirkan setelah sebelumnya
dibersihkan dosa-dosanya di neraka. Semua ini menunjukkan keutamaan tauhid dan
ia menghapuskan dosa-dosa.
. . . ahli tauhid pasti akan dimasukkan ke dalam surga, hanya
saja dia bisa dimasukkan segera atau diakhirkan setelah sebelumnya dibersihkan
dosa-dosanya di neraka. . .
Kedua, Allah pasti
memasukkanya ke dalam surga sesuai dengan amalnya. Karena sesungguhnya penghuni
surga itu berbeda-beda atau bertingkat-tingkat tergantung sedikit dan banyaknya
amal mereka. Amal penghuni surga saat di dunia berbeda-beda sehingga di akhirat
mereka juga bertingkat-tingkat. Sebagiannya lebih tinggi daripada yang lain
sesuai dengan kadar amal mereka.
Sesungguhnya surga
itu bertingkat-tingkat, sebagiannya lebih tinggai daripada yang lainnya. Neraka
juga demikian, sebagiannya lebih rendah daripada yang lainnya. Nabi Shallallahu
'Alaihi Wasallam bersabda, "Sesungguhnya di surga ada seratus derajat
(tingkatan), jarak antara satu derajat dengan satunya seperti jarak antara
langit dan bumi yang semua itu disediakan bagi para mujahidin (orang-orang yang
berjihad) di jalan-Nya." (HR. al-Bukhari) Wallahu Ta'ala A'lam
0 komentar:
Posting Komentar