Al-Hamdulillah,
segala puji bagi Allah, Rabb semesta alam. Shalawat dan salam semoga terlimpah
kepada baginda Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam, keluarga dan para sahabatnya.
Allah Subhanahu wa
Ta'ala berfirman,
كُلُّ نَفْسٍ ذَائِقَةُ الْمَوْتِ
"Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati."
(QS. Ali Imran: 185)
Al-Imam Abu al-Fida
Ibnu Katsir rahimahullah dalam tafsirnya berkata, "Allah mengabarkan
kepada seluruh makhluk-Nya, tiap-tiap yang berjiwa pasti merasakan mati.
Sebagaimana firman Allah Ta'ala, " Semua
yang ada di bumi itu akan binasa.Dan tetap kekal Wajah Tuhanmu yang mempunyai
kebesaran dan kemuliaan." (QS,
al-Rahman: 26-27)
Hanya Allah Ta'ala
semata yang Maha hidup, tak akan mati. Sedangkan jin, mereka akan mati. Begitu
juga semua Malaikat. Tidak tertinggal mereka para pemikul 'Arsy. Hanya Dia
Al-Wahid, Al-Ahad, al-Qahhar (Allah yang Maha Esa dan Perkasa) yang kekal.
Allah lah yang akhir, sebagaimana Dia adalah yang awal."
Kematian merupakan
tanda dari tanda-tanda kekuasaan Allah Subhanahu wa Ta'ala. Menunjukkan akan
kekuasaan-Nya dalam menetapkan semua urusan. Tak ada satu kekuatan di muka bumi
ini yang mampu menghadapinya. Kematian tidak pernah sungkan kepada siapapun.
Dan tak takut kepada siapapun. Pasti akan didatanginya. Direnggut nyawanya. Tak
seorangpun yang bisa mengelaknya.
. . . Kematian tidak pernah sungkan kepada siapapun. Dan tak takut
kepada siapapun. Pasti akan didatanginya. Direnggut nyawanya. Tak seorangpun
yang bisa mengelaknya. . .
Beberapa pekan lalu
tokoh-tokoh besar negeri ini tersungkur oleh kematian. Mantan Panglima Komando
Pemulihan Keamanan dan Ketertiban (Pangkobkamtib) Sudomo yang meninggal di RS
Pondok Indah, Jakarta Selatan pada Rabu (18/04/2012). Sehari sesudahnya, kematian menjemput paksa
mantan hakim agung Bismar Siregar, di Rumah Sakit Fatmawati, Jakarta Selatan.
Selang beberapa hari
sesudahnya, tepatnya pada Sabtu (21/4/2012), Wamen ESDM Widjadjono Partowidagdo
menyusul saat melakukan perjalanan mendaki Gunung Tambora, Provinsi Nusa
Tenggara Barat.
Hari ini, Rabu
(2/5/2012), pukul 11.41 WIB, Menkes yang baru beberapa hari mengundurkan diri,
Endang Rahayu Sedyaningsih ikut mangkat. Dia meninggal dunia di RSCM, Jl Diponegoro,
Jakarta Pusat setelah mengidap kanker paru-paru stadium 4.
Keempat tokoh yang
telah disebutkan memiliki spesialisasi dalam bidang yang berbeda-beda.
Kemiliteran, hukum, ahli perminyakan, dan kesehatan. Semua tak mampu
mengalahkan kematian. Sudomo dengan bedilnya tak bisa menewaskan kematian.
Bismar dengan kekuatan palunya untuk menetapkan vonis juga tak bisa
memenjarakan kematian. Widjadjono juga demikian. Seahli-ahlinya dia dalam
menerka jumlah minyak di perut bumi tak juga memberikan manfaat untuknya dalam
menerka datangnya kematian. Terlebih Endang, walau ahli kesehatan ternyata
tubuhnya digerogoti penyakit lebih dari setahun sehingga menghantarkannya
kepada kematian. Lalu kita. Ahli apakah kita? Pasti kematian juga datang.
Mengambil paksa sesuatu yang kita anggap paling berharga.
. . . Ahli apakah kita? Pasti kematian juga datang. Mengambil paksa
sesuatu yang kita anggap paling berharga. . .
Saudaraku, setiap
kita tentu pernah berhadapan dengan kematian, baik yang menimpa diri kita,
kerabat kita, kawan-kawan kita, atau manusia-manusia di sekitar kita. Seseorang
yang cerdas, ia sadar kematian juga akan menjemputnya. Kekayaan akan
ditinggalkannya. Istri dan anak-anak pasti akan berpisah dengannya. Rumah
megah, mobil mewah, dan tempat usaha yang dimiliki pasti pula akan dipisahkan
darinya oleh kematian. Hendaknya hal ini menyadarkan kita semua akan fananya
dunia. Akhirat pasti akan dimasuki, suka atau tidak. Maka hendaknya setiap kita
menyadari hakikat ini. lalu berbekal diri untuk perjalanan sesudah mati.
Allah Ta'ala
berfirman,
وَتَزَوَّدُوا فَإِنَّ خَيْرَ الزَّادِ التَّقْوَى وَاتَّقُونِ يَا أُولِي الْأَلْبَابِ
"Berbekallah, dan sesungguhnya sebaik-baik
bekal adalah takwa dan bertakwalah kepada-Ku hai orang-orang yang berakal."
(QS. Al-Baqarah)
Dari Anas bin Malik
Radhiyallahu 'Anhu, Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam bersabda:
يَتْبَعُ الْمَيِّتَ ثَلَاثَةٌ فَيَرْجِعُ اثْنَانِ وَيَبْقَى مَعَهُ وَاحِدٌ يَتْبَعُهُ أَهْلُهُ وَمَالُهُ وَعَمَلُهُ فَيَرْجِعُ أَهْلُهُ وَمَالُهُ وَيَبْقَى عَمَلُهُ
"Ada tiga hal yang mengikuti (menghantarkan
ke kuburan) mayyit: keluarga, harta, dan amalnya. Lalu keluarga dan hartanya
kembali ke rumah, sedangkan amalnya yang tetap membersamainya." (Muttafaq 'Alaih)
Ingat, hanya amal
shalih yang setia menemani dalam kondisi sulit di alam kubur. Keluarga dan
harta yang menghantarkan ke kuburan akan pulang. Maka jangan sampai salah dalam
berbekal. Siapkan amal shalih agar menjadi sahabat baik di dalam kubur saat
orang-orang yang mengantarkan sudah kembali pulang dan meninggalkannya
sendirian.
Sesungguhnya amal
shalih saat masih hidup itulah yang akan benar-benar memberikan manfaat kepada
mayit. Maka hendaknya, saat masih sehat dan punya banyak harta ia menyedekahkan
hartanya. Jika tidak, maka ia akan menyesal. Sebab harta tersebut tidak
memberikan manfaat untuknya saat semua orang berlepas diri darinya. Sebaliknya,
harta tersebut menjadi rebutan ahli warisnya.
Demikian pula
keluarga. Kesedihan dan duka mereka tidak menambah kebaikan untuknya. Kecuali
mereka yang shalih yang mau memintakan ampun dan mendoakan untuk si mayit. Oleh
karenanya, para orang tua serius mendidik dan membina keluarganya dengan baik
sesuai ajaran Islam.
. . . Ingat, hanya amal shalih yang setia menemani dalam kondisi
sulit di alam kubur. Keluarga dan harta yang menghantarkan ke kuburan akan
pulang. . .
Semoga kita menjadi
manusia cerdas. Selalu ingat sebuah kepastian. Yakni kematian. Tidak bisa
tidak, kita pasti menemuinya. Sehingga terus menyiapkan bekal dengan iman dan
amal shalih. Janganlah gemerlapnya dunia melalaikan kita dari kepastian ini.
Jangan pula setan sang penipu memperdaya kita dari kehidupan akhirat. "Sesungguhnya janji Allah adalah benar, maka
janganlah sekali-kali kehidupan dunia memperdayakan kamu, dan jangan (pula)
penipu (setan) memperdayakan kamu dalam (menaati) Allah." (QS. Luqman: 33)
Mewahnya kuburan
tidaklah memberikan jaminan keselamatan. Tidak pula mendatangkan kebahagiaan.
Jangan buang-buang harta dan menyia-nyiakannya dengan habiskan miliaran untuk
sebuah kuburan. Keselamatan dan kebahagiaan di sana ditentukan oleh iman dan
amal shalihnya. Wallahu Ta'ala A'lam
0 komentar:
Posting Komentar