Al-Hamdulillah,
segala puji bagi Allah, Rabb semsta alam. Shalawat dan salam semoga terlimpah
kepada bagidan Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam, keluarga dan para
sahabatnya.
Syirik merupakan
kezaliman terberat dan dosa terbesar terhadap Allah Subhanahu wa Ta'ala.
Berbuat syirik juga berarti berbuat kurang ajar terhadap Allah 'Azza wa Jalla.
Bagaimana tidak, makhluk yang lemah, senantiasa butuh kepada rizki Allah, tidak
kuasa atas hidup dan matinya sendiri disamakan dengan Allah Subhanahu wa Ta'ala
sang pencipta semua makhluk, pemberi rizki, menghidupkan dan mematikan mereka,
dan Maha kuasa atas segala sesuatu.
Seorang
musyrik menyamakan sesuatu yang tidak memiliki kekuasaan atas apapun jua dengan
Dzat yang semua urusan berada ditangan-Nya. Menyamakan orang fakir dari segala
sisi dengan Zat yang Mahakaya dari berbagai sisi. Menyamakan yang tidak
memberikan rizki sedikitpun dengan Zat yang telah menciptakan apa yang menjadi
rizki bagi manusia dan menganugerahkan semua itu kepadanya. Maka adakah
kezaliman yang lebih dahsyat dari ini?
Allah
Subhanahu wa Ta'ala berfirman tentang nasihat Luqman kepada putranya agar tidak
berbuat syirik,
وَإِذْ قَالَ لُقْمَانُ لِابْنِهِ وَهُوَ يَعِظُهُ يَا بُنَيَّ لَا تُشْرِكْ بِاللَّهِ إِنَّ الشِّرْكَ لَظُلْمٌ عَظِيمٌ
"Dan (ingatlah) ketika Lukman berkata kepada
anaknya, di waktu ia memberi pelajaran kepadanya: Hai anakku, janganlah kamu
mempersekutukan (Allah) sesungguhnya mempersekutukan (Allah) adalah benar-benar
kelaliman yang besar." (QS.
Luqman: 13)
Allah
Ta'ala berfirman,
الَّذِينَ آَمَنُوا وَلَمْ يَلْبِسُوا إِيمَانَهُمْ بِظُلْمٍ أُولَئِكَ لَهُمُ الْأَمْنُ وَهُمْ مُهْتَدُونَ
"Orang-orang yang beriman dan tidak mencampur
adukkan iman mereka dengan kedzaliman (syirik), mereka itulah orang-orang yang
mendapat keamanan dan mereka itu adalah orang-orang yang mendapat petunjuk."
(QS. Al-An'am: 82)
Nabi
Shallallahu 'Alaihi Wasallam telah menjelaskan maksud zulm (kezaliman) pada
ayat di atas adalah syirik. Turunnya ayat ini membuat gundah para sahabat
beliau Shallallahu 'Alaihi Wasallam. Mereka berkata, "Siapakah di antara kami yang tidak menzalimi dirinya?" Nabi
menjawab, "Maksudnya tidak seperti yang kalian kira. Tidakkah kalian
mendengar perkataan Luqman kepada putranya, 'Sesungguhnya mempersekutukan
(Allah) adalah benar-benar kedzaliman yang besar'." (HR. Bukhari)
Begitu
kurang ajarnya tindakan syirik, maka sangat wajar jika Allah ancam keras pelaku
kemusyrikan dengan terhapus semua amal shalihnya, tidak diberi ampunan, haram
masuk surga, dan pasti kekal di neraka.
Allah
Subhanahu wa Ta'ala berfirman,
وَلَقَدْ أُوحِيَ إِلَيْكَ وَإِلَى الَّذِينَ مِنْ قَبْلِكَ لَئِنْ أَشْرَكْتَ لَيَحْبَطَنَّ عَمَلُكَ وَلَتَكُونَنَّ مِنَ الْخَاسِرِينَ
"Dan
sesungguhnya telah diwahyukan kepadamu dan kepada (nabi-nabi) yang sebelummu:
"Jika kamu mempersekutukan (Tuhan), niscaya akan hapuslah amalmu dan
tentulah kamu termasuk orang-orang yang merugi." (QS. Al-Zumar: 65)
Khitab ayat
ini ditujukan kepada Nabi Shallallahu 'Alaihi Wasallam, hamba pilihan Allah
yang paling dicintai oleh-Nya. Jika beliau sampai berbuat syirik, maka tidak
ada ampun bagi beliau. Semua amal-amal shalih yang sudah dikerjakannya akan
terhapus dan harus merasakan azab dahsyat di akhirat. Lalu bagaimana kalau yang
berbuat syirik adalah orang yang derajatnya di bawah beliau?
Tentang
haramnya seorang musyrik masuk surga dijelaskan oleh firman Allah,
إِنَّهُ مَنْ يُشْرِكْ بِاللَّهِ فَقَدْ حَرَّمَ اللَّهُ عَلَيْهِ الْجَنَّةَ وَمَأْوَاهُ النَّارُ وَمَا لِلظَّالِمِينَ مِنْ أَنْصَارٍ
"Sesungguhnya orang yang mempersekutukan
(sesuatu dengan) Allah, maka pasti Allah mengharamkan kepadanya surga, dan
tempatnya ialah neraka, tidaklah ada bagi orang-orang lalim itu seorang
penolong pun." (QS. Al-Maidah:
72)
Imam Ibnu
Katsir berkata dalam menafsirkan ayat, "(maka pasti Allah mengharamkan
kepadanya surga, dan tempatnya ialah neraka), maksudnya: sungguh Allah
mengharuskan neraka baginya dan mengharamkan surga atasnya."
Tentang
dalil tidak adanya ampunan untuk orang musyrik di akhirat ditunjukkan firman
Allah Ta'ala,
إِنَّ اللَّهَ لَا يَغْفِرُ أَنْ يُشْرَكَ بِهِ وَيَغْفِرُ مَا دُونَ ذَلِكَ لِمَنْ يَشَاءُ وَمَنْ يُشْرِكْ بِاللَّهِ فَقَدِ افْتَرَى إِثْمًا عَظِيمًا
"Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni
dosa syirik, dan Dia mengampuni segala dosa yang selain dari (syirik) itu, bagi
siapa yang dikehendaki-Nya. Barang siapa
yang mempersekutukan Allah, maka sungguh ia telah berbuat dosa yang besar."
(QS. Al-Nisa': 48)
Perlu
dipahami, ayat-ayat di atas yang menerangkan ancaman perbuatan syirik berlaku
di akhriat. Yakni orang yang bertemu Allah Ta'ala dengan membawa dosa syirik
dan belum bertaubat darinya, maka ia tidak akan disucikan, tidak diampuni dosa
dan kesalahannya, dan diharamkan atasnya masuk surga sehingga ia kekal di
neraka.
Maka siapa
yang saat ia mati masih membawa dosa syirik dan tidak bertaubat darinya sebelum
wafatnya, maka ia tidak akan mendapatkan ampunan dari Allah Subhanahu wa
Ta'ala. Allah telah haramkan ampunan bagi dosa syirik yang pelakunya tidak
bertaubat sebelum meninggalnya. Hal ini berbeda, -sebagaimana disebutkan pada
QS. Al-Nisa': 48- dengan dosa selain syirik yang dibawa mati pelakunya, ia
berada di bawah Masyi-Ah (kehendak) Allah. Artinya, jika Allah berkenan maka
akan mengampuninya, dan jika berkehendak lain akan menyiksanya sesuai dengan kadar
dosanya lalu akan mengelurkannya dari neraka dan memasukkannya ke dalam surga.
Sehingga tempat singgah terakhirnya adalah di surga. Ini berlaku bagi seorang
Muwahhid yang mati membawa dosa yang tingkatannya di bawah syirik.
. . . Begitu kurang ajarnya tindakan
syirik, maka sangat wajar jika Allah ancam keras pelaku kemusyrikan dengan
terhapus semua amal shalihnya, tidak diberi ampunan, haram masuk surga, dan
pasti kekal di neraka. . .
Adakah Taubat Bagi Pelaku Kesyirikan?
Seseorang yang telah terjerumus ke dalam kesyirikan
lalu sadar akan kesalahannya dan besarnya dosa yang telah diperbuat, ia tidak
boleh berputus asa dari ampunan dan taubat Allah Ta'ala, "Karena
sesungguhnya Allah Maha Penerima taubat lagi Maha Penyayang." (QS. Al-Hujurat: 12)
Allah
Subhanahu wa Ta'ala berfirman:
قُلْ يَا عِبَادِيَ الَّذِينَ أَسْرَفُوا عَلَى أَنْفُسِهِمْ لا تَقْنَطُوا مِنْ رَحْمَةِ اللَّهِ إِنَّ اللَّهَ يَغْفِرُ الذُّنُوبَ جَمِيعاً إِنَّهُ هُوَ الْغَفُورُ الرَّحِيمُ
"Katakanlah: "Hai hamba-hamba-Ku yang
melampaui batas terhadap diri mereka sendiri, janganlah kamu berputus asa dari
rahmat Allah. Sesungguhnya Allah
mengampuni dosa-dosa semuanya.
Sesungguhnya Dialah Yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang." (QS. Al-Zumar: 53)
Ayat ini
berbicara tentang pelaku dosa dalam hukum dunia, sebagai kabar gembira bagi
pelaku maksiat bahwa ia masih memiliki kesempatan untuk diampuni dosa jika
bertaubat sebelum wafat. Bukan hanya dosa yang kategorinya maksiat saja, bahkan
syirik pun masih ada kesempatan mendapat ampunan jika bertaubat sebelum wafat.
Karena Allah menyebutkan, "Sesungguhnya Allah mengampuni dosa-dosa
semuanya."
Perlu
dicamkan, ayat ini tidak berlaku di akhirat. Karena jika diterapkan demikian
pastinya akan membatalkan sejumlah nash Al-Qur'an dan sunnah yang berisi
ancaman terhadap dosa syirik yang dibawa mati. Ia juga akan menggugat
kesepakatan umat, tidak ada ampunan bagi pelaku dosa syirik pada hari kiamat di
mana ia belum bertaubat darinya saat masih di dunia. Jika ayat ini dibawa
kepada hukum akhirat, maka batallah keyakinan kaum muslimin bahwa surga tidak
dimasuki kecuali oleh jiwa muslimah atau mukminah. Maka sesatlah pemahaman
orang yang membawa QS. Al-Zumar: 53 ini kepada hukum di akhirat.
. . . bahkan syirik pun masih ada
kesempatan mendapat ampunan jika bertaubat sebelum wafat. . .
Dalil Adanya Taubat Bagi Pelaku Kesyirikan
Pelaku
kesyirikan masih memiliki kesempatan untuk dihapuskan dosanya selama ia masih
hidup, yakni dengan bertaubat darinya sebelum wafat. Hal ini dikuatkan oleh
beberapa nash Al-Qur'an dan Sunnah Shahihah, antara lain:
Firman
Allah Subhanahu wa Ta'ala,
وَالَّذِينَ لا يَدْعُونَ مَعَ اللَّهِ إِلَهاً آخَرَ وَلا يَقْتُلُونَ النَّفْسَ الَّتِي حَرَّمَ اللَّهُ إِلَّا بِالْحَقِّ وَلا يَزْنُونَ وَمَنْ يَفْعَلْ ذَلِكَ يَلْقَ أَثَاماً . يُضَاعَفْ لَهُ الْعَذَابُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ وَيَخْلُدْ فِيهِ مُهَاناً . إِلَّا مَنْ تَابَ وَآمَنَ وَعَمِلَ عَمَلاً صَالِحاً فَأُولَئِكَ يُبَدِّلُ اللَّهُ سَيِّئَاتِهِمْ حَسَنَاتٍ وَكَانَ اللَّهُ غَفُوراً رَحِيماً
"Dan orang-orang yang tidak menyembah tuhan
yang lain beserta Allah dan tidak membunuh jiwa yang diharamkan Allah
(membunuhnya) kecuali dengan (alasan) yang benar, dan tidak berzina, barang
siapa yang melakukan demikian itu, niscaya dia mendapat (pembalasan) dosa
(nya), (yakni) akan dilipat gandakan azab untuknya pada hari kiamat dan dia
akan kekal dalam azab itu, dalam keadaan terhina, kecuali orang-orang yang
bertobat, beriman dan mengerjakan amal saleh; maka kejahatan mereka diganti
Allah dengan kebajikan. Dan adalah Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang."
(QS. Al-Furqan: 68-70)
Ayat di
atas sangat jelas menunjukkan adanya ampunan Allah Ta'ala bagi semua dosa,
sampai syirik, selama ia bertaubat sebelum wafat. Bahkan ayat menerangkan
keutamaan besar bagi mereka yang bertaubat, yakni diganti keburukannya dengan
kebaikan.
Dari Abu
Farwah rahimahullah, dia mendatangi Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam dan
berkata: "(Ya Rasulullah!) bagaimana menurutmu, jika ada seseorang yang
mengerjakan semua perbuatan dosa dan tidak meninggalkan satu perbuatan dosa pun
serta tiada keinginan untuk berbuat dosa kecuali ia lakukan. Apakah ada taubat
baginya untuk semua itu?"
Rasulullah
Shallallahu 'Alaihi Wasallam bertanya: "Apakah kamu sudah masuk
Islam?"
Ia
menjawab, "Adapun saya bersaksi tiada sesembahan yang hak kecuali Allah
dan bersaksi bahwa engkau adalah utusan Allah."
Beliau
bersabda: "Berbuat baiklah dan
tinggalkan perbuatan buruk, maka Allah akan menjadikan semua perbuatan buruk
itu sebagai kebaikan bagimu." Ia berkata: "penghianatan dan
kejahatanku?" Beliau menjawab: "ya." Ia terus menerus bertakbir
hingga tidak terlihat lagi." (HR. Thabrani)
Hal ini berbeda dengan orang yang memberikan
sesembahan kepada selain Allah dan tidak bertaubat darinya hingga wafat. Ia
berjumpa dengan Allah dengan membawa dosa syirik tersebut, maka bagiannya
adalah, "Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni dosa syirik." (QS. Al-Nisa': 48)
Adapun
Hadits, sangat banyak sabda Nabi Shallallahu 'Alaihi Wasallam yang menjelaskan
adanya harapan ampunan bagi pelaku kesyirikan yang bertaubat sebelum wafat. Di
antaranya, hadits Qudsi yang dikeluarkan Imam al-Tirmidzi,
يا ابنَ آدم إنَّك لو أَتَيتَني بِقُرابِ الأرضِ خَطايا ، ثمَّ لَقِيتَني لا تُشركُ بي شَيئاً ، لأتيتُكَ بِقُرابها مغفرةً
"Wahai Anak Adam, sesungguhnya jika engkau
datang kepada-Ku dengan membawa dosa sepenuh bumi, lalu engkau berjumpa
dengan-Ku tanpa menyekutukan sesuatu dengan-Ku, pasti Aku akan datangkan
kepadamu ampunan sebanyak itu."
Sahabat Jabir Radhiyallahu 'Anhu menuturkan, ada
seorang laki-laki datang kepada Nabi Shallallahu 'Alaihi Wasallam lalu
bertanya, "Ya Rasulallah, apa dua hal yang paling menentukan?" Beliau menjawab,
مَنْ مَاتَ لَا يُشْرِكُ بِاللَّهِ شَيْئًا دَخَلَ الْجَنَّةَ وَمَنْ مَاتَ يُشْرِكُ بِاللَّهِ شَيْئًا دَخَلَ النَّارَ
"Siapa yang mati sedangkan ia tidak
menyekutukan Allah dengan apapun juga, pasti ia masuk surga. Siapa yang mati
dalam keadaan menyekutukan Allah dengan sesuatu, pasti masuk neraka." (HR. Muslim)
Sedangkan
diketahui, seseorang yang bertaubat dari dosa, ia laksana orang yang tidak
melakukan dosa tersebut,
اَلتَّائِبُ مِنَ الذَّنْبِ كَمَنْ لاَ ذَنْبَ لَهُ
"Orang yang bertaubat dari dosa seperti orang
yang tidak berdosa." (HR. Ibnu
Majah dan dihasankan oleh Syaikh Al-Albani)
. . . Pelaku kesyirikan masih memiliki
kesempatan untuk dihapuskan dosanya selama ia masih hidup, yakni dengan
bertaubat darinya sebelum wafat. . .
Penutup
Setelah
mengetahui bahaya Syirik yang luar biasa, pastinya setiap kita berusaha keras
menjauhinya. Hanya saja syirik banyak macamnya, sebagiannya samar sehingga
terjadi tanpa disadari. Oleh sebab itu, Nabi Shallallahu 'Alaihi Wasallam
memberikan petunjuk solusi dalam rupa doa, silahkah baca: Doa Berlindung dari Kesyirikan.
Tekad untuk
meninggalkan segala macam syirik haruslah diikuti dengan mengenal bentuk dan
macamnya. Karena siapa tak kenal keburukan, dipastikan ia akan terjerumus ke
dalamnya tanpa merasa. Dan jika sesudah mempelajarinya lalu tersadar pernah
melakukan dosa syirik, maka tak boleh putus asa dan merasa pasti binasa. Karena
selama hayat masih di kandung badan, pintu taubat masih terbuka. Dan siapa yang
bertaubat kepada Allah dari dosa maka ia seperti orang yang tak berbuat dosa,
dan syirik masuk di dalamnya. Sementara makna syirik yang tak terampuni adalah
dosa syirik yang dibawa mati. Ia tak mau bertaubat sebelum wafat. Wallahu
Ta'ala a'lam.
[PurWD/voa-islam.com]
Oleh:
Badrul Tamam
Red : Fajar
0 komentar:
Posting Komentar