Ketika melewati
tempat angker, sebagian orang ada yang mengatakan, “Mbah aku wedi, tolong
lindungi aku (mbah yang dimaksud adalah penjaga tempat angker-, aku takut,
tolong lindungi aku)”. Ketika itu karena saking ketakutan apalagi melihat cerita-cerita
orang akan seramnya tempat tersebut, akhirnya keluar kata-kata semacam tadi.
Hati pun bukan bergantung pada Allah lagi, namun berpaling pada selain Allah,
makhluk yang dijadikan tempat berlindung. Padahal Islam mengajarkan bahwa
meminta perlindungan disertai dengan bergantungnya hati hanya boleh ditujukan
kepada Allah semata, tidak boleh pada selain-Nya. Jika hati berpaling pada
selain-Nya, maka seseorang terjatuh dalam perbuatan syirik. Wal ‘iyadzu billah.
Isti'adzah
adalah Ibadah
Sebagai tanda bahwa
meminta perlindungan (isti’adzah) termasuk ibadah karena di dalamnya berisi
permintaan. Dan setiap permintaan adalah do’a (Lihat At Tamhid, hal. 168).
Allah Ta’ala
berfirman,
وَإِمَّا يَنْزَغَنَّكَ مِنَ الشَّيْطَانِ نَزْغٌ فَاسْتَعِذْ بِاللَّهِ إِنَّهُ هُوَ السَّمِيعُ الْعَلِيمُ
“Dan
jika syetan mengganggumu dengan suatu gangguan, maka mohonlah perlindungan
kepada Allah. Sesungguhnya Dia-lah yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui”
(QS. Fushilat: 36).
Begitu pula dalam
ayat,
قُلْ أَعُوذُ بِرَبِّ النَّاسِ
“Katakanlah:
aku berlindung kepada Rabb manusia” (QS. An Naas: 1).
Penulis Fathul Majid,
Syaikh ‘Abdurrahman Alu Syaikh rahimahullah berkata,
فما كان عبادة لله فصرفه لغير الله شرك في العبادة ، فمن صرف شيئاً من هذه العبادات لغير الله جعله شريكاً لله في عبادته ونازع الرب في إلهيته كما أن من صلى لله صلى لغيره يكون عابداً لغير الله ، ولا فرق
“Segala bentuk peribadahan pada Allah
jika dipalingkan kepada selain Allah, maka termasuk syirik dalam hal ibadah.
Siapa saja yang memalingkan salah satu ibadah kepada selain Allah, maka ia
berarti telah menjadikan Allah sekutu dalam ibadah. Ia benar-benar telah
menantang Allah dalam hal ilahiyah (peribadahan). Sebagaimana siapa yang shalat
kepada selain Allah, maka ia menjadi hamba bagi selain Allah tersebut. Tidak
ada beda sama sekali dengan hal tadi.”
Artinya, barangsiapa
yang meminta perlindungan (beristi’adzah) pada selain Allah, ia berarti telah
terjatuh pada kesyirikan. Karena isti’adzah adalah ibadah.
Isti’adzah
yang Berbau Syirik
Untuk memahami hal
ini, perlu dipahami bahwa isti’adzah (meminta perlindungan) ada dua macam:
Amalan zhohir
(lahiriyah), yaitu meminta perlindungan agar dilindungi atau selamat dari
kejahatan atau kejelekan.
Amalan batin, yaitu
disertai dengan hati yang tenang dan hati amat bergantung pada yang dimintai
perlindungan.
Jika isti’adzah
terkumpul dua amalan di atas, maka isti’adzah hanya boleh ditujukan pada Allah,
tidak boleh pada selain-Nya sebagaimana kata sepakat para ulama (alias: ijma’).
Sehingga jika ada yang menyalahinya, maka ia terjatuh dalam kesyirikan. Namun
jika isti’adzah hanya terdapat amalan zhohir saja, maka boleh ditujukan pada
makhluk selama makhluk tersebut mampu memberikan perlindungan.
Kita dapat mengatakan
bahwa isti’adzah kepada selain Allah termasuk syirik akbar karena terdapat
bentuk pemalingan ibadah kepada selain Allah. Namun jika isti’adzah yang
dilakukan dalam lahiriyah (zhohir) saja, sedangkan hati masih bergantung pada
Allah dan berprasangka baik pada Allah, makhluk hanyalah sebab semata, maka
seperti ini boleh (Lihat penjelasan dalam At Tamhid, 169-170).
Meminta
Perlindungan pada Tempat Angker
Allah Ta’ala
berfirman,
وَأَنَّهُ كَانَ رِجَالٌ مِنَ الْإِنْسِ يَعُوذُونَ بِرِجَالٍ مِنَ الْجِنِّ فَزَادُوهُمْ رَهَقًا
“Dan
bahwasanya ada beberapa orang laki-laki di antara manusia meminta perlindungan
kepada beberapa laki-laki di antara jin, maka jin-jin itu menambah bagi mereka
dosa dan kesalahan” (QS. Al Jin: 6).
Ada dua tafsiran di
antara para ulama mengenai ayat di atas. Sebagaimana pendapat Maqotil, maksud
ayat tersebut adalah manusia menambah kesombongan pada jin dikarenakan manusia
meminta perlindungan pada jin.
Tafsiran lainnya
menyebutkan, jin menambah pada manusia kekeliruan dan mereka akhirnya melampaui
batas. Hal ini sebagaimana pendapat Az Zujaj. Abu ‘Ubaidah berkata, “Jin
menjadikan manusia bertambah keliru dan melampaui batas”. Ibnu Qutaibah
berkata, “Jin menjadikan manusia sesat”. Yang dimaksud “rohaqo” asalnya adalah
‘aib (cacat). Sehingga kadang ada yang menyebut, “Fulan memiliki rohaqo dalam
agamanya (maksudnya: memiliki cacat dalam agamanya)” (Lihat Zaadul Masiir, 8:
379).
Abul ‘Aliyah, Robi’
dan Zaid bin Aslam berkata bahwa makna rohaqo adalah takut.
Ini berarti setan
malah membuat manusia menjadi takut, bukan malah bertambah tenang.
Dari Al ‘Aufi, dari
Ibnu ‘Abbas, ia berkata, “Setan menambah dosa pada manusia”. Demikian pula kata
Qotadah.
Mujahid berkata,
“Orang kafir malah semakin melampaui batas (dalam dosa)”
As Sudi berkata, “Dahulu
ada seseorang yang keluar dengan keluarganya, lalu ia melewati suatu tempat dan
mampir di sana. Lalu ia berkata, “Aku berlindung dengan tuan penjaga lembah ini
dari kejahatan jin yang dapat membahayakan harta, anak dan perjalananku”. As Sudi berkata,
“Jika dia meminta perlindungan pada selain Allah ketika itu, maka jin akan
semakin menyakitinya.” (Lihat Tafsir Al Qur’an Al ‘Azhim, 14: 148).
Penafsiran-penafsiran
di atas menunjukkan bagaimana keadaan yang sama untuk saat ini. Sebagian orang
karena saking takutnya kepada tempat-tempat angker, pohon beringin, kuburan
atau makam, akhirnya ketika melewati tempat tersebut, keluarlah ucapan, “Mbah
aku wedi, tolong lindungi aku (mbah –yang dimaksud adalah penjaga tempat
angker-, aku takut, tolong lindungi aku)”. Atau dengan ucapan semisal itu. Yang
sebenarnya yang membuat mereka menjadi bertambah takut adalah jin atau setan
itu sendiri, bukan yang lain. Ada yang sampai saking takutnya, akhirnya ia
melakukan amalan tertentu. Mungkin ada yang beri wasiat “Pokoknya jika lewat
pohon beringin tersebut lampu motor harus mati” atau “Jika lewat tempat
tersebut harus lari kencang”. Atau ada yang meminta perlindungan dengan memakai
jimat-jimat dan rajah. Seharusnya yang menjadi tempat meminta perlindungan
adalah Allah, bukan pada makhluk yang hina. Ingatlah,
وَمَنْ يَتَوَكَّلْ عَلَى اللَّهِ فَهُوَ حَسْبُهُ
“Dan
barangsiapa yang bertawakkal kepada Allah niscaya Allah akan mencukupkan
(keperluan)nya.” (QS. Ath Tholaq: 3). Sebenarnya,
setan yang malah jadi ketakutan jika kita menggantungkan hati pada Allah. Beda halnya
jika yang menjadi sandaran adalah makhluk yang hina.
Mintalah
Perlindungan pada Allah Ketika Melewati Tempat Angker
Yang diajarkan dalam
Islam adalah ketika kita mampir di suatu tempat, mintalah perlindungan pada
Allah. Kholwah binti Hakim As Sulamiyyah berkata bahwa ia pernah mendengar
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
مَنْ نَزَلَ مَنْزِلاً ثُمَّ قَالَ أَعُوذُ بِكَلِمَاتِ اللَّهِ التَّامَّاتِ مِنْ شَرِّ مَا خَلَقَ. لَمْ يَضُرُّهُ شَىْءٌ حَتَّى يَرْتَحِلَ مِنْ مَنْزِلِهِ ذَلِكَ
“Barangsiapa
yang singgah di suatu tempat lantas ia mengucapkan “a’udzu bi kalimaatillahit
taammaati min syarri maa kholaq” (Aku berlindung dengan kalimat-kalimat Allah
yang sempurna dari kejahatan makhluk yang diciptakanNya)”, maka tidak ada sama
sekali yang dapat memudhorotkannya sampai ia berpindah dari tempat tersebut”
(HR. Muslim no. 2708).
Dzikir di atas
termasuk di antara bacaan dzikir petang yang bisa dirutinkan setiap harinya.
Dari Abu Hurairah, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
مَنْ قَالَ حِينَ يُمْسِى ثَلاَثَ مَرَّاتٍ أَعُوذُ بِكَلِمَاتِ اللَّهِ التَّامَّاتِ مِنْ شَرِّ مَا خَلَقَ لَمْ يَضُرَّهُ حُمَةٌ تِلْكَ اللَّيْلَةَ
“Barangsiapa
mengucapkan ketika masaa’ “a’udzu bi kalimaatillahit taammaati min syarri maa
kholaq” (Aku berlindung dengan kalimat-kalimat Allah yang sempurna dari
kejahatan makhluk yang diciptakanNya) sebanyak tiga kali, maka tidak ada racun
yang akan membahayakannya.” Suhail berkata, “Keluarga kami biasa mengamalkan
bacaan ini, kami mengucapkannya setiap malam.” Ternyata anak perempuan dari
keluarga tadi tidak mendapati sakit apa-apa. (HR. Tirmidzi, beliau mengatakan hadits ini
hasan).
Inilah keutamaan
meminta perlindungan dengan kalimat Allah. Do’a tersebut berisi meminta
perlindungan pada Allah dari makhluk yang jahat.
Jadi bukan dengan
meminta perlindungan pada penjaga atau si mbau rekso dari tempat yang angker.
Seorang muslim haruslah meminta perlindungan pada Allah semisal ketika melewati
tempat yang dikatakan angker. Karena hati akan semakin tenang dengan bergantungnya
hati pada Allah. Dan dengan sebab itu Allah akan beri jalan keluar.
Ya Allah, lindungilah
kami dari segala macam kesyirikan dan jadikanlah kami sebagai hamba yang dapat terus mentauhidkan-Mu.
Wallahu waliyyut
taufiq was sadaad.
@ KSU, Riyadh, KSA,
17 Jumadal Ula 1433 H
www.rumaysho.com
Referensi:
At Tamhid li Syarh
Kitabit Tauhid, Syaikh Sholeh bin ‘Abdul ‘Aziz Alu Syaikh, terbitan Darut
Tauhid, cetakan pertama, tahun 1423 H.
Fathul Majid, Syaikh
‘Abdurrahman Alu Syaikh, terbitan Darul Ifta’, cetakan ketujuh, tahun 1431 H,
hal. 175-178.
Tafsir Al Qur'an Al
'Azhim, Ibnu Katsir, terbitan Muassasah Qurthubah, cetakan pertama, 1421 H.
Zaadul Masiir, Ibnul
Jauzi, terbitan Al Maktab Al Islami.
0 komentar:
Posting Komentar