Al-Hamdulillah,
segala puji bagi Allah yang dari-Nya semua nikmat berasal. Shalawat dan salam
semoga terlimpah dan tercurah kepada baginda Rasulillah Muhammad Shallallahu
'Alaihi Wasallam, beserta keluarga dan para sahabatnya.
Tulisan ini sebuah
renungan untuk menyisihkan sedikit waktu untuk ibadah, apalagi dengan banyak
waktu. Terinspirasi dari teman saya yang setiap hari lewat di hadapan saya,
seorang muadzdzin di masjid kantor saya, setiap itu pula saya melihat jam,
selalu menunjukkan 5 menit sebelum waktu adzan shalat fardhu. Sejenak saya
berfikir beberapa hal karenanya.
Subhanallah, hanya dengan menyisihkan waktunya 5 menit
sebelum orang lain, dia mendapatkan pahala mengumandangkan adzan, yang akan
dipanjangkan lehernya di hari kiamat.
عَنْ مُعَاوِيَةَ بْنَ أَبِى سُفْيَانَ رضي الله عنه قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- « الْمُؤَذِّنُونَ أَطْوَلُ النَّاسِ أَعْنَاقًا يَوْمَ الْقِيَامَةِ ».
“Mu’awiyah bin Abi Sufyan radhiyallahu ‘anhu berkata: “Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Para muadzdzin adalah orang-orang yang
paling panjang lehernya di antara manusia pada hari kiamat.” (HR. Ibnu
Majah dan dishahihkan oleh Al Albani di dalam kitab Shahih Al Jami’, no. 1031)
Yang dimaksud “yang
paling panjang lehernya di antara manusia pada hari kiamat” adalah;
Pertama,
mereka adalah orang yang paling banyak harapannya pada saat orang-orang dalam
kesusahan sedangkan mereka (para muadzdzin) sangat berharap diizinkan bagi
mereka untuk masuk surga.
Kedua,
mereka (para muadzdzin) sangat dekat dengan Allah.
Ketiga,
mereka (para muadzdzin) tidak akan tenggelam di dalam keringat mereka, karena
sesungguhnya manusia pada hari kiamat mereka berada di dalam keringat mereka
sesuai dengan kadar amalan-amalan mereka.
Keempat,
mereka (para muadzdzin) akan menjadi pemimpin-pemimpin pada hari kiamat. Orang
Arab mengungkapkan kepemimpinan dengan panjang leher.
Kelima,
mereka (para muadzdzin) tidak akan hina dan menundukkan pandangannya pada hari
kiamat malu. (Lihat kitab At Taisir Bisyarh Al Jami’ Ash Shaghir, karya Al
Munawi dan kitab An Niayah Fi Gharib Al Atsar, karya Ibnu Al Atsir).
Subhanallah, hanya
dengan menyisihkan waktunya lima menit sebelum orang lain, dia mendapatkan pahala duduk di shaf pertama
yaitu sangat besar sampai boleh berundi untuk mendapatkannya.
عَنْ عَبْدِ الرَّحْمَنِ بْنِ عَوْفٍ رضي الله عنه قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- «إِنَّ اللَّهَ وَمَلاَئِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى الصَّفِّ الأَوَّلِ»
“Abdurrahman bin ‘Auf radhiyallahu ‘anhu berkata: “Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Sesungguhnya Allah dan para
malaikat-Nya bershalawat atas orang-orang yang di shaf pertama.” (HR. Ibnu
Majah dan dihasankan oleh Al Albani di dalam kitab Shahih At Targhib Wa At
Tarhib, no. 492).
Maksud dari “Allah
dan para malaikat-Nya bershalawat atas orang-orang yang dishaf pertama” adalah:
Pertama, Allah
merahmati atas orang-orang yang shalat di shaf pertama dan para malaikat berdoa
bagi mereka mendapatkan taufik dan yang lainnya. (Lihat kitab Mir’atul Mafatih
Syarh Misykat Al Mashabih, karya Al Mubarakfuri).
Kedua, Allah Ta’ala
memuji orang-orang yang shalat di shaf pertama di hadapan para malaikat dan
para malaikat mendoakan mereka mendapat ampunan, rahmat dan berkah. Lihat pada
kitab Shahih Bukhari pada bab:
قَوْلِهِ (إِنَّ اللَّهَ وَمَلاَئِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِىِّ يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيمًا)
عَنْ أَبِى هُرَيْرَةَ رضي الله عنه أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ – صلى
الله عليه وسلم – قَالَ « لَوْ
يَعْلَمُ النَّاسُ مَا فِى النِّدَاءِ وَالصَّفِّ الأَوَّلِ ، ثُمَّ لَمْ يَجِدُوا إِلاَّ أَنْ يَسْتَهِمُوا عَلَيْهِ لاَسْتَهَمُوا ، وَلَوْ يَعْلَمُونَ مَا فِى التَّهْجِيرِ لاَسْتَبَقُوا إِلَيْهِ ، وَلَوْ يَعْلَمُونَ مَا فِى الْعَتَمَةِ وَالصُّبْحِ لأَتَوْهُمَا وَلَوْ حَبْوًا»
“Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu meriwayatkan bahwa Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Jikalau manusia mengetahui apa yang ada
di dalam adzan dan shaf pertama, kemudian mereka tidak mendapatkan hal itu
kecuali dengan berundi atasnya maka niscaya mereka akan berundi, jikalau mereka
mengetahui apa yang ada di dalam bersegera pergi ke masjid maka niscaya mereka
akan berlomba-lomba kepadanya, jikalau mereka mengetahui apa yang ada di dalam
shalat isya’ dan shalat shubuh maka niscaya mereka akan mendatangi keduanya
walau dalam keadaan merangkak.” (HR.
Bukhari dan Muslim).
Ibnu Rajab
rahimahullah berkata,
فقوله : ( ( لو
يعلم الناس ما في النداء والصف الاول ) ) – يعني
: لو يعلمون فيهما من الفضل والثواب ، ثم لم يجدوا الوصول اليهما الا بالاستهام عليهما – ومعناه : الاقراع – لاستهموا عليهما تنافساً فيهما ومشاحة في تحصيل فضلهما واجرهما .
Sabda beliau: “Jikalau manusia mengetahui apa yang ada di
dalam adzan dan shaf pertama”, maksudnya adalah jikalau mereka mengetahui di
dalam keduanya terdapat berupa keutamaan dan ganjaran pahala, kemudian merela
tidak mendapati untuk mendapatkan keduanya kecuali dengan berundi atasnya maka
niscaya mereka akan berundi untuk mendapatkan keduanya sebagai bentuk
persaingan dan ingin mendapatkan keutamaan dan pahala keduanya.” (Lihat
kitab Fath Al Baari, karya Ibnu Rajab).
Subhanallah, hanya
dengan menyisihkan waktunya lima menit sebelum orang lain, dia mendapatkan
pahala sebanyak jamaah yang shalat karena panggilan adzannya.
عَنْ أُبَىِّ بْنِ كَعْبٍ رضي الله عنه قَالَ صَلَّى بِنَا رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- يَوْمًا الصُّبْحَ فَقَالَ «… وَإِنَّ صَلاَةَ الرَّجُلِ مَعَ الرَّجُلِ أَزْكَى مِنْ صَلاَتِهِ وَحْدَهُ وَصَلاَتُهُ مَعَ الرَّجُلَيْنِ أَزْكَى مِنْ صَلاَتِهِ مَعَ الرَّجُلِ وَمَا كَثُرَ فَهُوَ أَحَبُّ إِلَى اللَّهِ تَعَالَى ».
“Ubay bin Ka’ab radhiyallahu ‘anhu berkata: Rasulullah shallallahu
‘alaihi wasallam bersabda: “…Dan sesungguhnya shalat seseorang bersama satu
orang lebih baik daripada shalatnya sendirian, dan shalatnya bersama dua orang
lebih baik daripada shalatnya satu orang, dan apa saja yang lebih banyak
(jumlah jama’ahnya) maka itu yang paling diskuai oleh Allah Ta’ala.” (HR.
Abu Daud dan dishahihkan oleh Al Albani di dalam Shahih At targhib wa At
Tarhib, no. 411).
Syaikh Abdul Muhsin
Al Abbad hafizhahullah berkata,
وهذا يدل على فضل الجماعة؛ لأن صلاة الرجل مع الرجل أزكى من صلاته وحده، وصلاته مع الرجلين أزكى من صلاته مع الواحد، وكلما كان أكثر فهو أحب إلى الله عز وجل، وهذا يدلنا على فضل الجماعة، بل وعلى فضل كثرة الجماعة، وأنه كلما كانت الجماعة أكثر فذلك أفضل وأعظم أجراً عند الله عز وجل.
“Ini menunjukkan
keutamaan shalat berjamaah, karena shalat seseorang bersama satu orang lebih
baik daripada shalatnya sendirian, dan shalatnya bersama dua orang lebih baik
daripada shalatnya satu orang. Dan setiap kali bertambah banyak maka itu yang
paling dicintai oleh Allah Azza wa Jalla, dan ini menunjukkan keapda kita
tentang keutamaan shalat berjamaah bahkan menunjukkan akan keutamaan banyaknya
bilangan shalat berjamaah, yaitu setiap kali bertambah maka hal itu lebih utama
dan lebih besar pahalanya di sisi Allah Azza wa Jalla.” (Syarh Sunan Abu Daud,
karya Syaikh Abdul Muhsin Al Abbad hafizhahullah – syamela).
Subhanallah, hanya
dengan menyisihkan lima menit sebelum orang lain, dia mendapatkan pahala duduk
di dalam masjid menunggu shalat yaitu didoakan oleh para malaikat mendapat
rahmat, ampunan dan taubat dari Allah Ta’ala.
عَنْ أَبِى هُرَيْرَةَ رضي الله عنه أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- قَالَ « لاَ
يَزَالُ الْعَبْدُ فِى صَلاَةٍ مَا كَانَ فِى مُصَلاَّهُ يَنْتَظِرُ الصَّلاَةَ تَقُولُ الْمَلاَئِكَةُ اللَّهُمَّ اغْفِرْ لَهُ اللَّهُمَّ ارْحَمْهُ حَتَّى يَنْصَرِفَ أَوْ يُحْدِثَ ». فَقِيلَ مَا يُحْدِثُ قَالَ يَفْسُو أَوْ يَضْرِطُ.
“Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu berkata: “Rasulullah shallallahu
‘alaihi wasallam bersabda: “Masih saja seorang hamba terhitung di dalam shalat
selama dia di tempat shalatnya menunggu shalat, maka para malaikat berdoa:
“Wahai Allah ampunilah dia, rahmatilah dia sampai dia pergi atau berhadats”,
ditanya: “Apakah (maksudnya) sampai dia berhadats?” dijawab: “mengeluarkan
angin atau kentut.” (HR. Abu Daud).
Di dalam riwayat
Muslim,
فَإِذَا دَخَلَ الْمَسْجِدَ كَانَ فِى الصَّلاَةِ مَا كَانَتِ الصَّلاَةُ هِىَ تَحْبِسُهُ وَالْمَلاَئِكَةُ يُصَلُّونَ عَلَى أَحَدِكُمْ مَا دَامَ فِى مَجْلِسِهِ الَّذِى صَلَّى فِيهِ يَقُولُونَ اللَّهُمَّ ارْحَمْهُ اللَّهُمَّ اغْفِرْ لَهُ اللَّهُمَّ تُبْ عَلَيْهِ مَا لَمْ يُؤْذِ فِيهِ مَا لَمْ يُحْدِثْ فِيهِ.
“Jika dia masuk masjid, maka dia ada di dalam shalat selama shalat
menahannya dan para malaikat akan bershalawat atas salah seorang diantara
kalian selama dia di tempat yang dia shalat di dalamnya, mereka berdoa: “Wahai
Allah rahmatilah dia, Wahai Allah ampunilah dia, wahai Allah terimalah
taubatnya”, selama dia tidak menyakiti di dalamnya atau berhadats di dalamnya.”
(HR. Muslim).
Subhanallah, hanya
dengan menyisihkan waktunya lima menit sebelum orang lain, dia mendapatkan
pahala selalu melaksanakan shalat rawatib yaitu dibangunkan sebuah rumah di
surga.
عَنْ أُمَّ حَبِيبَةَ رضي الله عنها تَقُولُ سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- يَقُولُ «مَنْ صَلَّى اثْنَتَىْ عَشْرَةَ رَكْعَةً فِى يَوْمٍ وَلَيْلَةٍ بُنِىَ لَهُ بِهِنَّ بَيْتٌ فِى الْجَنَّةِ»
“Ummu Habibah radhiyallahu ‘anha berkata: “Aku pernah mendengar
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Barangsiapa yang shalat
sebanyak dua belas rakaat pada sehari dan semalam, maka dibangunkan baginya
sebuah rumah di dalam surga.” (HR.
Muslim).
Subhanallah, hanya
dengan menyisihkan waktunya lima menit sebelum orang lain, dia mendapatkan
pahala berdoa diantara adzan dan iqamah, yaitu doanya tidak tertahan dan
tertolak.
عَنْ أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ رضي الله عنه قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- « لاَ
يُرَدُّ الدُّعَاءُ بَيْنَ الأَذَانِ وَالإِقَامَةِ»
“Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu berkata: Rasulullah shallallahu
‘alaihi wasallam bersabda: “Tidak ditolak doa antara adzan dan iqamah.” (HR. Abu Daud).
Ash Shan’any
rahimahullah berkata,
والحديث دليل على قبول الدعاء في هذه المواطن إذ عدم الرد يراد به القبول والإجابة ثم هو عام لكل دعاء ولا بد من تقييده بما في الأحاديث غيره من أنه ما لم يكن دعاء بإثم أو قطيعة رحم
“Dan
hadits ini adalah dalil yang menunjukkan diterimanya doa pada tempat-tempat
seperti ini, karena tidak ditolak dimaksudkan dengannya adalah penerimaan dan
pengabulan, ini juga umum untuk setiap dia dan harus dibatasi dengan
hadits-hadits lainnya yang menyebutkan bahwa selama bukan doa berupa dosa atau
memutuskan silaturrahim.” (Lihat kitab Subul As Salam,
karya Muhammad Ash Shan’any, 1/131).
Sebab kenapa
dikabulkannya doa antara adzan dan iqamah, mari lihat penjelasannya dari Syaikh
Abdul Muhsin Al Abbad hafizahullah,
عني: في فضله، وأن ذلك من أسباب قبول الدعاء أو من الأوقات التي يقبل فيها الدعاء، وذلك أن الإنسان عندما يكون بين الأذان والإقامة ينتظر الصلاة هو في صلاة وفي عبادة وفي إقبال على الله عز وجل وبعد عن مشاغل الدنيا والحديث فيها والتعلق بها، فيكون ذلك من الأوقات التي يقبل فيها الدعاء ويرجى فيها قبول الدعاء.
“Dan bahwa hal itu (berdoa antara adzan dan iqamah) termasuk sebab
dikabulkannya dia atau merupakan waktu-waktu yang di dalamnya dikabulkan doa,
yang demikian itu karena manusia ketika antara adzan dan iqamah menunggu shalat
dan dia masih (dihitung) di dalam shalat dan ibadah dan di dalam perasaan
menuju kepada Allah ‘Azza wa Jalla, jauh dari kesibukan dunia, pembicaraan di
dalamnya serta keterkaitan dengannya, maka jadilah waktu itu termasuk waktu
yang dikabulkan di dalamnya dia dan diharapkan di dalamnya pengabulan doa.”
(Lihat Syarah Sunan Abu Daud, karya Syaikh Abdul Muhsin Al Abbad hafizhahullah
– syameela).
Subhanallah, hanya
dengan menyisihkan waktunya lima menit sebelum orang lain, dia mendapatkan
pahala shalat berjamaah yaitu 27 derajat lebih tinggi daripada shalat
sendirian.
عنِ ابْنِ عُمَرَ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- قَالَ «صَلاَةُ الْجَمَاعَةِ أَفْضَلُ مِنْ صَلاَةِ الْفَذِّ بِسَبْعٍ وَعِشْرِينَ دَرَجَةً»
“Abdullah bin Umar radhiyallahu ‘anhuma meriwayatkan bahwa Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Shalat berjama’ah lebih utama dari pada
shalat sendirian dengan dua pulu tujuh derajat.” (HR. Muslim).
Demikianlah… masih
banyak pahala dan ganjaran yang luar biasa yang Allah sediakan, padahal hanya
menyisihkan waktu lima menit sebelum orang lain.
BEDANYA HANYA LIMA
MENIT!!!
0 komentar:
Posting Komentar