Al-Hamdulillah,
segala puji bagi Allah yang dari-Nya semua nikmat berasal. Shalawat dan salam
semoga terlimpah dan tercurah kepada baginda Rasulillah Muhammad Shallallahu
'Alaihi Wasallam, beserta keluarga dan para sahabatnya.
Ibu, ayah…Lewat tulisan ini aku ingin menyadarkan diriku sendiri tentang mulianya kehadiranmu disisi ku sebagai seorang anak yang telah engkau lahirkan. Dan aku ingin berlutut di hadapan mu, dan berkata, maafkanlah setiap dosa ku kepada kalian dan maafkan karena aku belum mampu atau juga tidak mampu membalas pengorbanan kalian yang telah merawat ku sejak kecil. Ibu, ayah…maafkan jika ada perkataanku yang membuat kalian menangis.
Ibu, ayah ... lewat
berbakti padamu lah jalan menuju surga Rabbku.
Alhamdulilllah wa
shalaatu wa salaamu ‘ala Rosulillah wa ‘ala alihi wa shohbihi ajma’in.
Dari Abu Hurairah,
Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda,
«
رَغِمَ أَنْفُهُ ثُمَّ رَغِمَ أَنْفُهُ ثُمَّ رَغِمَ أَنْفُهُ ». قِيلَ مَنْ يَا رَسُولَ اللَّهِ قَالَ « مَنْ
أَدْرَكَ وَالِدَيْهِ عِنْدَ الْكِبَرِ أَحَدَهُمَا أَوْ كِلَيْهِمَا ثُمَّ لَمْ يَدْخُلِ الْجَنَّةَ »
"Sungguh terhina, sungguh terhina, sungguh
terhina." Ada yang bertanya, "Siapa, wahai Rasulullah?" Beliau
bersabda, ”(Sungguh hina) seorang yang mendapati kedua orang tuanya yang masih
hidup atau salah satu dari keduanya ketika mereka telah tua, namun justru ia
tidak masuk surga."(HR. Muslim)
Dari Abdullah bin
’Umar, ia berkata,
رِضَا الرَّبِّ فِي رِضَا الْوَالِدِ وَ سَخَطُ الرَّبِّ فِي سَخَطِ الْوَالِدِ
"Ridha Allah tergantung pada ridha orang tua
dan murka Allah tergantung pada murka orang tua." (Adabul Mufrod no.
2. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits ini hasan jika sampai pada sahabat,
namun shahih jika sampai pada Nabi shallallahu ’alaihi wa sallam)
Jasa
Orang Tua Begitu Besar
Sungguh, jasa orang
tua apalagi seorang ibu begitu besar. Mulai saat mengandung, dia mesti
menanggung berbagai macam penderitaan. Tatkala dia melahirkan juga demikian.
Begitu pula saat menyusui, yang sebenarnya waktu istirahat baginya, namun dia
rela lembur di saat si bayi kecil kehausan dan membutuhkan air susunya. Oleh
karena itu, jasanya sangat sulit sekali untuk dibalas, walaupun dengan memikulnya
untuk berhaji dan memutari Ka’bah.
Dari Abi Burdah, ia
melihat Ibnu ‘Umar dan seorang penduduk Yaman yang sedang thawaf di sekitar
Ka'bah sambil menggendong ibunya di punggungnya. Orang itu bersenandung,
إِنِّي لَهَا بَعِيْرُهَا الْمُـذِلَّلُ - إِنْ
أُذْعِرْتُ رِكَابُهَا لَمْ أُذْعَرُ
“Sesungguhnya diriku adalah tunggangan ibu yang sangat patuh.”
Apabila tunggangan
yang lain lari, maka aku tidak akan lari.
ثُمَّ قَالَ : ياَ
ابْنَ عُمَرَ أَتَرَانِى جَزَيْتُهَا ؟
قَالَ : لاَ
وَلاَ بِزَفْرَةٍ وَاحِدَةٍ
Orang itu lalu
berkata, "Wahai Ibnu Umar apakah aku
telah membalas budi kepadanya?" Ibnu Umar menjawab, "Engkau belum
membalas budinya, walaupun setarik napas yang ia keluarkan ketika melahirkan."
(Adabul Mufrod no. 11. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits ini shahih
secara sanad)
Berbakti
pada Orang Tua adalah Perintah Allah
Allah Ta’ala
berfirman,
وَقَضَى رَبُّكَ أَلَّا تَعْبُدُوا إِلَّا إِيَّاهُ وَبِالْوَالِدَيْنِ إِحْسَانًا
“Dan Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain Dia
dan hendaklah kamu berbuat baik pada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya.” (QS. Al Isra’: 23)
Dalam beberapa ayat,
Allah selalu menggandengkan amalan berbakti pada orang tua dengan mentauhidkan-Nya
dan larangan berbuat syirik. Ini semua menunjukkan agungnya amalan tersebut.
Allah Ta’ala berfirman,
وَاعْبُدُوا اللَّهَ وَلَا تُشْرِكُوا بِهِ شَيْئًا وَبِالْوَالِدَيْنِ إِحْسَانًا
“Sembahlah Allah dan janganlah kamu mempersekutukan-Nya dengan
sesuatupun. Dan berbuat baiklah kepada dua orang ibu-bapak.” (QS. An Nisa’: 36)
قُلْ تَعَالَوْا أَتْلُ مَا حَرَّمَ رَبُّكُمْ عَلَيْكُمْ أَلَّا تُشْرِكُوا بِهِ شَيْئًا وَبِالْوَالِدَيْنِ إِحْسَانًا
“Katakanlah: "Marilah kubacakan apa yang diharamkan atas kamu oleh
Tuhanmu yaitu: janganlah kamu mempersekutukan sesuatu dengan Dia, berbuat
baiklah terhadap kedua orang ibu bapa.” (QS. Al An’am: 151)
وَإِذْ قَالَ لُقْمَانُ لِابْنِهِ وَهُوَ يَعِظُهُ يَا بُنَيَّ لَا تُشْرِكْ بِاللَّهِ إِنَّ الشِّرْكَ لَظُلْمٌ عَظِيمٌ (13) وَوَصَّيْنَا الْإِنْسَانَ بِوَالِدَيْهِ حَمَلَتْهُ أُمُّهُ وَهْنًا عَلَى وَهْنٍ وَفِصَالُهُ فِي عَامَيْنِ أَنِ اشْكُرْ لِي وَلِوَالِدَيْكَ إِلَيَّ الْمَصِيرُ (14)
“Dan (ingatlah) ketika Luqman berkata kepada anaknya, di waktu ia
memberi pelajaran kepadanya: "Hai anakku, janganlah kamu mempersekutukan
Allah, sesungguhnya mempersekutukan (Allah) adalah benar-benar kezaliman yang
besar". Dan Kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik) kepada dua
orang ibu-bapanya; ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang
bertambah-tambah, dan menyapihnya dalam dua tahun . Bersyukurlah kepadaKu dan
kepada dua orang ibu bapakmu, hanya kepada-Kulah kembalimu.” (QS. Luqman: 13-14)
وَوَصَّيْنَا الْإِنْسَانَ بِوَالِدَيْهِ إِحْسَانًا حَمَلَتْهُ أُمُّهُ كُرْهًا وَوَضَعَتْهُ كُرْهًا وَحَمْلُهُ وَفِصَالُهُ ثَلَاثُونَ شَهْرًا حَتَّى إِذَا بَلَغَ أَشُدَّهُ وَبَلَغَ أَرْبَعِينَ سَنَةً قَالَ رَبِّ أَوْزِعْنِي أَنْ أَشْكُرَ نِعْمَتَكَ الَّتِي أَنْعَمْتَ عَلَيَّ وَعَلَى وَالِدَيَّ وَأَنْ أَعْمَلَ صَالِحًا تَرْضَاهُ وَأَصْلِحْ لِي فِي ذُرِّيَّتِي إِنِّي تُبْتُ إِلَيْكَ وَإِنِّي مِنَ الْمُسْلِمِينَ
“Kami perintahkan kepada manusia supaya berbuat baik kepada dua orang
ibu bapaknya, ibunya mengandungnya dengan susah payah, dan melahirkannya dengan
susah payah (pula). Mengandungnya sampai menyapihnya adalah tiga puluh bulan,
sehingga apabila dia telah dewasa dan umurnya sampai empat puluh tahun ia
berdo'a: "Ya Tuhanku, tunjukilah aku untuk mensyukuri ni'mat Engkau yang
telah Engkau berikan kepadaku dan kepada ibu bapakku dan supaya aku dapat
berbuat amal yang saleh yang Engkau ridhai. berilah kebaikan kepadaku dengan
(memberi kebaikan) kepada anak cucuku. Sesungguhnya aku bertaubat kepada Engkau
dan sesungguhnya aku termasuk orang-orang yang berserah diri".” (QS. Al Ahqaf: 15)
Pujian
Allah pada Para Nabi karena Bakti Mereka pada Orang Tua
Perhatikanlah firman
Allah Ta’ala tentang Nabi Yahya bin Zakariya ‘alaihimas salam berikut,
وَبَرًّا بِوَالِدَيْهِ وَلَمْ يَكُنْ جَبَّارًا عَصِيًّا
“Dan seorang yang berbakti kepada kedua orang tuanya, dan bukanlah ia
orang yang sombong lagi durhaka.” (QS.
Maryam: 14)
Begitu juga Allah
menceritakan tentang Nabi Isa ‘alaihis salam,
قَالَ إِنِّي عَبْدُ اللَّهِ آَتَانِيَ الْكِتَابَ وَجَعَلَنِي نَبِيًّا (30) وَجَعَلَنِي مُبَارَكًا أَيْنَ مَا كُنْتُ مَا دُمْتُ حَيًّا (31) وَبَرًّا بِوَالِدَتِي وَلَمْ يَجْعَلْنِي جَبَّارًا شَقِيًّا (32)
“Berkata Isa: "Sesungguhnya aku ini hamba Allah, Dia memberiku Al
Kitab (Injil) dan Dia menjadikan aku seorang nabi, dan Dia menjadikan aku
seorang yang diberkati di mana saja aku berada, dan Dia memerintahkan kepadaku
(mendirikan) shalat dan (menunaikan) zakat selama aku hidup; berbakti kepada
ibuku, dan Dia tidak menjadikan aku seorang yang sombong lagi celaka.” (QS. Maryam: 30-32)
Amalan
yang Paling Dicintai oleh Allah adalah Berbakti pada Orang Tua
Kita dapat melihat
pada hadits dari sahabat ‘Abdullah bin Mas’ud radhiyallahu ‘anhu. Beliau
mengatakan,
سَأَلْتُ النَّبِىَّ - صلى
الله عليه وسلم - أَىُّ الْعَمَلِ أَحَبُّ إِلَى اللَّهِ قَالَ « الصَّلاَةُ عَلَى وَقْتِهَا » . قَالَ ثُمَّ أَىُّ قَالَ « ثُمَّ بِرُّ الْوَالِدَيْنِ » .قَالَ ثُمَّ أَىّ قَالَ « الْجِهَادُ فِى سَبِيلِ اللَّهِ » . قَالَ حَدَّثَنِى بِهِنَّ وَلَوِ اسْتَزَدْتُهُ لَزَادَنِى
“Aku bertanya pada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, ‘Amal
apakah yang paling dicintai oleh Allah ‘azza wa jalla?’ Beliau shallallahu
‘alaihi wa sallam menjawab, ‘Shalat pada waktunya’. Lalu aku bertanya,
‘Kemudian apa lagi?’ Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam mengatakan, ‘Kemudian
berbakti kepada kedua orang tua.’ Lalu aku mengatakan, ‘Kemudian apa lagi?’ Lalu
beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam mengatakan, ‘Berjihad di jalan Allah’.”
Lalu Abdullah bin
Mas’ud mengatakan, “Nabi shallallahu
‘alaihi wa sallam memberitahukan hal-hal tadi kepadaku. Seandainya aku bertanya
lagi, pasti beliau akan menambahkan (jawabannya).” (HR. Bukhari dan Muslim)
Bakti
pada Orang Tua Akan Menambah Umur
Dari Anas bin Malik
radhiyallahu ‘anhu, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
مَنْ أَحَبَّ أَنْ يُمَدَّ لَهُ فِي عُمْرِهِ وَأَنْ يُزَادَ لَهُ فِي رِزْقِهِ فَلْيَبَرَّ وَالِدَيْهِ وَلْيَصِلْ رَحِمَهُ
“Siapa yang suka untuk dipanjangkan umur dan ditambahkan rizki, maka
berbaktilah pada orang tua dan sambunglah tali silaturahmi (dengan kerabat).”
(HR. Ahmad. Syaikh Al Albani dalam Shohih At Targib wa At Tarhib mengatakan bahwa
hadits ini hasan lighoirihi, yaitu hasan dilihat dari jalur lainnya)
Di
antara Bentuk Berbakti pada Orang Tua
1.Menaati
perintah keduanya selama bukan dalam perkara yang dilarang oleh Allah dan
Rasul-Nya.
Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
لاَ طَاعَةَ فِى مَعْصِيَةٍ ، إِنَّمَا الطَّاعَةُ فِى الْمَعْرُوفِ
“Tidak ada ketaatan dalam melakukan maksiat. Sesungguhnya ketaatan hanya
dalam melakukan kebajikan.” (HR.
Bukhari dan Muslim)
Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wa sallam juga bersabda,
أَطِعْ أَبَاكَ مَا دَامَ حَيًّا وَلاَ تَعْصِهِ
“Tatatilah ayahmu selama dia hidup dan selama tidak diperinahkan untuk
bermaksiat.” (HR. Ahmad. Dikatakan oleh Syu’aib Al Arnauth bahwa sanadnya
hasan)
2.Mendahulukan
perintah mereka dari perkara yang hanya dianjurkan (sunnah).
Sebagaimana pelajaran
mengenai hal ini terdapat pada kisah Juraij yang didoakan jelek oleh ibunya
karena lebih mendahulukan shalat sunnahnya daripada panggilan ibunya. Kisah ini
diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim.
3.Menghiasi diri dengan akhlaq yang mulia di hadapan keduanya, di antaranya
adalah dengan tidak mengeraskan suara di hadapan mereka.
Dari Thaisalah bin
Mayyas, ia berkata bahwa Ibnu Umar
pernah bertanya, "Apakah engkau takut masuk neraka dan ingin masuk
surga?" ”Ya, saya ingin”, jawabku. Beliau bertanya, "Apakah kedua
orang tuamu masih hidup?" "Saya masih memiliki seorang ibu",
jawabku. Beliau berkata, "Demi Allah, sekiranya engkau berlemah lebut
dalam bertutur kepadanya dan memasakkan makanan baginya, sungguh engkau akan
masuk surga selama engkau menjauhi dosa-dosa besar."(Adabul Mufrod no. 8.
Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits ini shahih)
Di antara akhlaq
mulia lainnya terdapat dalam hadits berikut. Dari Urwah atau selainnya, ia
menceritakan bahwa Abu Hurairah pernah melihat dua orang. Lalu beliau berkata
kepada salah satunya,
مَا هَذَا مِنْكَ ؟ فَقَالَ: أَبِي. فَقالَ: " لاَ
تُسَمِّهِ بِاسْمِهِ، وَلاَ تَمْشِ أَمَامَهُ، وَلاَ تَجْلِسْ قَبْلَهُ
"Apa hubungan
dia denganmu?" Orang itu menjawab, ”Dia ayahku.” Abu Hurairah lalu
berkata, "Janganlah engkau memanggil ayahmu dengan namanya saja, janganlah
berjalan di hadapannya dan janganlah duduk sebelum ia duduk." (Adabul
Mufrod no. 44. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits ini shahih secara
sanad)
4.
Menjalin hubungan dengan kolega orang tua.
Ibnu Umar berkata,
"Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam
bersabda,
إِنَّ أَبَرَّ الْبِرِّ صِلَةُ الْوَلَدِ أَهْلَ وُدِّ أَبِيهِ
"Sesungguhnya kebajikan terbaik adalah
perbuatan seorang yang menyambung hubungan dengan kolega ayahnya." (HR. Muslim)
5.
Berbakti kepada kedua orang sepeninggal mereka adalah dengan mendo’akan
keduanya.
Dari Abu Hurairah, ia
berkata,
تُرْفَعُ لِلْمَيِّتِ بَعْدَ مَوْتِهِ دَرَجَتُهُ. فَيَقُوْلُ: أَيِّ رَبِّ! أَيُّ شَيْءٍ هَذِهِ؟ فَيُقَالُ: "وَلَدُكَ اسْتَغْفَرَ لَكَ
"Derajat seseorang bisa terangkat setelah ia
meninggal. Ia pun bertanya, "Wahai Rabb, bagaimana hal ini bisa
terjadi?" Maka dijawab,"Anakmu telah memohon ampun untuk dirimu."(Adabul
Mufrod, no. 36. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits ini hasan secara
sanad)
Ibu
Lebih Berhak dari Anggota Keluarga Lainnya
Dari Abu Hurairah
radhiyallahu ‘anhu, beliau berkata,
جَاءَ رَجُلٌ إِلَى رَسُولِ اللَّهِ - صلى
الله عليه وسلم - فَقَالَ يَا رَسُولَ اللَّهِ مَنْ أَحَقُّ بِحُسْنِ صَحَابَتِى قَالَ « أُمُّكَ » . قَالَ ثُمَّ مَنْ قَالَ « أُمُّكَ » . قَالَ ثُمَّ مَنْ قَالَ « أُمُّكَ » . قَالَ ثُمَّ مَنْ قَالَ « ثُمَّ أَبُوكَ »
“Seorang pria pernah mendatangi Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam
lalu berkata, ‘Siapa dari kerabatku yang paling berhak aku berbuat baik?’
Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam mengatakan, ‘Ibumu’. Dia berkata lagi,
‘Kemudian siapa lagi?’ Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam mengatakan,
‘Ibumu.’ Dia berkata lagi, ‘Kemudian siapa lagi?’ Beliau shallallahu ‘alaihi wa
sallam mengatakan, ‘Ibumu’. Dia berkata lagi, ‘Kemudian siapa lagi?’ Beliau
shallallahu ‘alaihi wa sallam mengatakan, ‘Ayahmu’.” (HR. Bukhari dan Muslim)
An Nawawi
rahimahullah mengatakan, “Dalam hadits
ini terdapat dorongan untuk berbuat baik kepada kerabat dan ibu lebih utama
dalam hal ini, kemudian setelah itu adalah ayah, kemudian setelah itu adalah
anggota kerabat yang lainnya. Para ulama mengatakan bahwa ibu lebih diutamakan
karena keletihan yang dia alami, curahan perhatiannya pada anak-anaknya, dan
pengabdiannya. Terutama lagi ketika dia hamil, melahirkan (proses bersalin),
ketika menyusui, dan juga tatkala mendidik anak-anaknya sampai dewasa.” (Syarh Muslim 8/331)
Dosa
Durhaka pada Orang Tua
Abu Bakrah berkata,
قَالَ رَسُوْلُ اللهِ
صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَلاَ أُنَبِّئُكُمْ بِأَكْبَرِ الْكَبَائِرِ ؟) ثَلاَثًا، قَالُوْا : بَلىَ يَا رَسُوْلَ اللهِ قَالَ : ( الإِشْرَاكُ بِاللهِ وَعُقُوْقُ الْوَالِدَيْنِ ) وَجَلَسَ وَكَانَ مُتَّكِئًا ( أَلاَ وَقَوْلُ الزُّوْرُ ) مَا
زَالَ يُكَرِّرُهَا حَتىَّ قُلْتُ لَيْتَهُ سَكَتَ
"Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam
bersabda, "Apakah kalian mau kuberitahu mengenai dosa yang paling
besar?" Para sahabat menjawab, "Mau, wahai Rasulullah."Beliau
lalu bersabda, "(Dosa terbesar adalah) mempersekutukan Allah dan durhaka
kepada kedua orang tua." Beliau mengucapkan hal itu sambil duduk
bertelekan [pada tangannya]. (Tiba-tiba beliau menegakkan duduknya dan berkata),
"Dan juga ucapan (sumpah) palsu." Beliau mengulang-ulang perkataan
itu sampai saya berkata (dalam hati), "Duhai, seandainya beliau diam."
(HR. Bukhari dan Muslim)
Abu Bakroh berkata,
"Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda,
مَا مِنْ ذَنْبٍ أَجْدَرُ أَنْ يُعَجِّلَ لِصَاحِبِهِ الْعُقُوْبَةَ مَعَ مَا يَدَّخِرُ لَهُ مِنَ الْبَغِى وَقَطِيْعَةِ الرَّحِمِ
“Tidak ada dosa yang lebih pantas untuk disegerakan balasannya bagi para
pelakunya [di dunia ini] -berikut dosa yang disimpan untuknya [diakhirat]-
daripada perbuatan melampaui batas (kezhaliman) dan memutus silaturahmi (dengan
orang tua dan kerabat)." (HR. Abu Daud, Ibnu Majah dan Tirmidzi.
Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits ini shahih)
Di
antara Bentuk Durhaka pada Orang Tua
Abdullah bin ’Umar
radhiyallahu ’anhuma berkata,
إبكاء الوالدين من العقوق
“Membuat orang tua menangis termasuk bentuk durhaka pada orang tua.”
Mujahid mengatakan,
لا ينبغي للولد أن يدفع يد والده إذا ضربه، ومن شد النظر إلى والديه لم يبرهما، ومن أدخل عليهما ما يحزنهما فقد عقهما
“Tidak sepantasnya seorang anak menahan tangan kedua orang tuanya yang
ingin memukulnya. Begitu juga tidak termasuk sikap berbakti adalah seorang anak
memandang kedua orang tuanya dengan pandangan yang tajam. Barangsiapa yang
membuat kedua orang tuanya sedih, berarti dia telah mendurhakai keduanya.”
Ka’ab Al Ahbar pernah
ditanyakan mengenai perkara yang termasuk bentuk durhaka pada orang tua, beliau
mengatakan,
إذا أمرك والدك بشيء فلم تطعهما فقد عققتهما العقوق كله
“Apabila orang tuamu memerintahkanmu dalam suatu perkara (selama bukan
dalam maksiat, pen) namun engkau tidak mentaatinya, berarti engkau telah
melakukan berbagai macam kedurhakaan terhadap keduanya.” (Birrul Walidain,
hal. 8, Ibnul Jauziy)
Hati-hatilah
dengan Do’a Jelek Orang Tua
Abu Hurairah berkata,
”Nabi shallallahu ’alaihi wa sallam bersabda,
ثَلاَثُ دَعَوَاتٍ مُسْتَجَابَاتٌ لَهُنَّ لاَ شَكَّ فِيْهِنَّ دَعْوَةُ الْمَظْلُوْمِ وَدَعْوَةُ الْمُسَافِرِ وَدَعْوَةُ الْوَالِدَيْنِ عَلىَ وَلَدِهِمَا
"Ada tiga jenis doa yang mustajab (terkabul),
tidak diragukan lagi, yaitu doa orang yang dizalimi, doa orang yang bepergian
dan doa kejelekan kedua orang tua kepada anaknya." (HR. Abu Daud,
Tirmidzi dan Ibnu Majah. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits ini hasan)
Semoga Allah
memudahkan kita berbakti kepada kedua orang tua, selama mereka masih hidup dan
semoga kita juga dijauhkan dari mendurhakai keduanya.
Alhamdulillahilladzi
bi ni’matihi tatimmush sholihaat. Wa shallallahu ‘ala nabiyyina Muhammad wa
‘ala alihi wa shohbihi wa sallam.
0 komentar:
Posting Komentar