Alhamdulillah, Kita
panjatkan segala puji pada Allah dan kita meminta pertolonganNya. Seraya
memohon ampun dan meminta perlindunganNya dari segala keburukan jiwaku dan dari
kejelekan amaliah. Barangsiapa yang telah Allah tunjukkan jalan baginya, maka
tiada yang bisa menyesatkannya. Dan barang siapa yang telah Allah sesatkan
jalannya, maka tiada yang bisa memberinya petunjuk. Ya Allah limpahkanlah
salawat dan salam bagi Nabi Kita Muhammad saw berserta keluarga dan sahabat-sahabatnya,
semuanya.
Ingatlah, penjagaanmu
terhadap hak Allah di masa mudamu bisa mempengaruhi masa tuamu! Kita dapat
menyaksikannya dalam pelajaran hadits berikut.
Rasulullah
shallallahu 'alaihi wa sallam pernah memberi nasehat pada Ibnu 'Abbas
-radhiyallahu 'anhuma-,
احْفَظِ اللَّهَ يَحْفَظْكَ
“Jagalah
Allah, niscaya Allah akan menjagamu.”
Yang dimaksud menjaga
Allah di sini adalah menjaga batasan-batasan, hak-hak, perintah, dan larangan-larangan Allah. Yaitu seseorang
menjaganya dengan melaksanakan perintah Allah, menjauhi larangan-Nya, dan tidak
melampaui batas dari batasan-Nya (berupa perintah maupun larangan Allah). Orang
yang melakukan seperti ini, merekalah yang menjaga diri dari batasan-batasan
Allah sebagaimana yang Allah puji dalam kitab-Nya,
هَذَا مَا تُوعَدُونَ لِكُلِّ أَوَّابٍ حَفِيظٍ (٣٢)مَنْ خَشِيَ الرَّحْمَنَ بِالْغَيْبِ وَجَاءَ بِقَلْبٍ مُنِيبٍ (٣٣)
“Inilah yang dijanjikan kepadamu, (yaitu) kepada Setiap hamba yang
selalu kembali (kepada Allah) lagi memelihara (semua peraturan-peraturan-Nya),
(yaitu) orang yang takut kepada Tuhan yang Maha Pemurah sedang Dia tidak
kelihatan (olehnya) dan Dia datang dengan hati yang bertaubat.” (QS. Qaaf: 32-33). Yang dimaksud dengan
menjaga di sini adalah menjaga setiap perintah Allah dan menjaga diri dari
berbagai dosa serta bertaubat darinya.
Menjaga
Hak Allah
Di antara bentuk
penjagaan hak Allah sebagai berikut.
Pertama:
Menjaga shalat
Yang utama untuk dijaga adalah shalat lima waktu yang
wajib sebagaimana yang Allah firmankan,
حَافِظُوا عَلَى الصَّلَوَاتِ وَالصَّلاةِ الْوُسْطَى وَقُومُوا لِلَّهِ قَانِتِينَ (٢٣٨)
“Peliharalah semua shalat(mu), dan (peliharalah) shalat wusthaa (shalat
Ashar). Berdirilah untuk Allah (dalam shalatmu) dengan khusyu'.” (QS. Al Baqarah: 238). Yang dimaksud
shalat wustho di sini adalah shalat Ashar menurut kebanyakan ulama. Nabi
shallallahu ‘alaihi wa sallam memperingatkan keras orang yang meninggalkan
shalat Ashar sebagaimana dalam sabdanya,
مَنْ تَرَكَ صَلاَةَ الْعَصْرِ فَقَدْ حَبِطَ عَمَلُهُ
“Barangsiapa meninggalkan shalat Ashar, maka hapuslah amalannya.”
Allah Ta’ala pun
memuji orang-orang yang menjaga shalatnya dalam ayat lainnya,
وَالَّذِينَ هُمْ عَلَى صَلاتِهِمْ يُحَافِظُونَ
“Dan
orang-orang yang memelihara shalatnya.” (QS.
Al Ma’arij: 34)
Begitu pula termasuk
dalam hal ini adalah dengan menjaga thoharoh (bersuci) karena thoharoh adalah
pembuka shalat. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
وَلاَ يُحَافِظُ عَلَى الْوُضُوءِ إِلاَّ مُؤْمِنٌ
“Tidak
ada yang selalu menjaga wudhu melainkan ia adalah seorang mukmin.”
Kedua:
Menjaga kepala dan perut
Begitu pula kita
diperintahkan untuk menjaga kepala dan perut. Sebagaimana Nabi shallallahu
‘alaihi wa sallam bersabda,
الاِسْتِحْيَاءَ مِنَ اللَّهِ حَقَّ الْحَيَاءِ أَنْ تَحْفَظَ الرَّأْسَ وَمَا وَعَى وَتَحْفَظَ الْبَطْنَ وَمَا حَوَى
“Sifat malu pada Allah yang sebenarnya adalah engkau menjaga kepalamu
dan setiap yang ada di sekitarnya, begitu pula engkau menjaga perutmu serta apa
yang ada di dalamnya.” Yang dimaksud menjaga kepala dan setiap apa yang ada
di sekitarnya, termasuk di dalamnya adalah menjaga pendengaran, penglihatan dan
lisan dari berbagai keharaman. Sedangkan yang dimaksud menjaga perut dan segala
apa yang ada di dalamnya, termasuk di dalamnya adalah menjaga hati dari terjerumus
dalam yang haram. Allah Ta’ala berfirman,
وَاعْلَمُوا أَنَّ اللَّهَ يَعْلَمُ مَا فِي أَنْفُسِكُمْ فَاحْذَرُوهُ
“Dan
ketahuilah bahwasanya Allah mengetahui apa yang ada dalam hatimu; Maka takutlah
kepada-Nya.” (QS. Al
Baqarah: 235)
Allah Ta’ala juga
berfirman,
إِنَّ السَّمْعَ وَالْبَصَرَ وَالْفُؤَادَ كُلُّ أُولَئِكَ كَانَ عَنْهُ مَسْئُولًا
“Sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati, semuanya itu akan
diminta pertanggungan jawabnya.” (QS.
Al Isro’: 36)
Ketiga:
Menjaga lisan
Dari Abu Hurairah,
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
مَنْ يَضْمَنْ لِى مَا بَيْنَ لَحْيَيْهِ وَمَا بَيْنَ رِجْلَيْهِ أَضْمَنْ لَهُ الْجَنَّةَ
“Barangsiapa yang
menjamin padaku apa yang ada di antara dua janggutnya (yaitu bibirnya) dan
antara dua kakinya (yaitu kemaluan), maka ia akan masuk surga.”
Keempat:
Menjaga kemaluan
Allah memuji
orang-orang yang menjaga kemaluan dalam beberapa ayat. Allah Ta’ala berfirman,
قُلْ لِلْمُؤْمِنِينَ يَغُضُّوا مِنْ أَبْصَارِهِمْ وَيَحْفَظُوا فُرُوجَهُمْ ذَلِكَ أَزْكَى لَهُمْ إِنَّ اللَّهَ خَبِيرٌ بِمَا يَصْنَعُونَ
“Katakanlah
kepada orang laki-laki yang beriman: "Hendaklah mereka menahan
pandanganya, dan memelihara kemaluannya; yang demikian itu adalah lebih suci
bagi mereka, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang mereka perbuat.”
(QS. An Nur: 30)
وَالْحَافِظِينَ فُرُوجَهُمْ وَالْحَافِظَاتِ وَالذَّاكِرِينَ اللَّهَ كَثِيرًا وَالذَّاكِرَاتِ أَعَدَّ اللَّهُ لَهُمْ مَغْفِرَةً وَأَجْرًا عَظِيمًا
“Laki-laki
dan perempuan yang memelihara kehormatannya, laki-laki dan perempuan yang
banyak menyebut (nama) Allah, Allah telah menyediakan untuk mereka ampunan dan
pahala yang besar.” (QS. Al Ahzab: 35)
وَالَّذِينَ هُمْ لِفُرُوجِهِمْ حَافِظُونَ (5) إِلَّا عَلَى أَزْوَاجِهِمْ أَوْ مَا مَلَكَتْ أَيْمَانُهُمْ فَإِنَّهُمْ غَيْرُ مَلُومِينَ (6)
“Dan
orang-orang yang menjaga kemaluannya, kecuali terhadap isteri-isteri mereka
atau budak yang mereka miliki; maka sesungguhnya mereka dalam hal ini tiada
terceIa.” (QS. Al
Mu’minun: 5-6)
Yang lebih penting
dari hal di atas dan merupakan hak Allah yang paling utama untuk dijaga adalah
mentauhidkan Allah dan tidak menyekutukan Allah dengan selain-Nya (baca:
berbuat syirik). Karena syirik adalah kezholiman yang teramat besar. Luqman
pernah berkata pada anaknya,
إِنَّ الشِّرْكَ لَظُلْمٌ عَظِيمٌ
“Sesungguhnya
kesyirikan adalah kezholiman yang paling besar.”
(QS. Luqman: 13)
Nabi shallallahu
‘alaihi wa sallam ketika membonceng Mu’adz dengan keledai -yang bernama
‘Ufair-, beliau bersabda,
«
يَا مُعَاذُ ، هَلْ تَدْرِى حَقَّ اللَّهِ عَلَى عِبَادِهِ وَمَا حَقُّ الْعِبَادِ عَلَى اللَّهِ » . قُلْتُ اللَّهُ وَرَسُولُهُ أَعْلَمُ . قَالَ « فَإِنَّ حَقَّ اللَّهِ عَلَى الْعِبَادِ أَنْ يَعْبُدُوهُ وَلاَ يُشْرِكُوا بِهِ شَيْئًا ، وَحَقَّ الْعِبَادِ عَلَى اللَّهِ أَنْ لاَ يُعَذِّبَ مَنْ لاَ يُشْرِكُ بِهِ شَيْئًا »
“Wahai Mu’adz,
tahukah engkau apa hak Allah yang wajib ditunaikan oleh hamba-Nya dan apa hak
hamba yang berhak ia dapat dari Allah?” Mu’adz mengatakan, ”Allah dan Rasul-Nya
yang lebih tahu.” Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam pun menjawab, “Hak Allah
yang wajib ditunaikan oleh setiap hamba adalah mereka harus menyembah Allah dan
tidak boleh berbuat syirik pada-Nya dengan sesuatu apa pun. Sedangkan hak hamba
yang berhak ia dapat adalah Allahh tidak akan menyiksa orang yang tidak berbuat
syirik kepada-Nya dengan sesuatu apa pun.” Inilah hak Allah yang mesti dan
wajib ditunaikan oleh setiap hamba sebelum hak-hak lainnya.
Siapa
yang Menjaga Hak Allah, maka Allah akan Menjaganya
Barangsiapa menjaga
diri dengan melakukan perintah dan menjauhi larangan, maka ia akan mendapatkan
penjagaan dari Allah Ta’ala.
احْفَظِ اللَّهَ يَحْفَظْكَ
“Jagalah
Allah, niscaya Allah akan menjagamu.”
Inilah yang dimaksud
al jaza’ min jinsil ‘amal, yaitu balasan sesuai dengan amal perbuatan.
Sebagaimana Allah mengatakan dalam ayat-ayat lainnya.
وَأَوْفُوا بِعَهْدِي أُوفِ بِعَهْدِكُمْ
“Dan
penuhilah janjimu kepada-Ku, niscaya Aku penuhi janji-Ku kepadamu.”
(QS. Al Baqarah: 40)
فَاذْكُرُونِي أَذْكُرْكُمْ
“Karena
itu, ingatlah kamu kepada-Ku niscaya Aku ingat (pula) kepadamu.”
(QS. Al Baqarah: 152)
إِنْ تَنْصُرُوا اللَّهَ يَنْصُرْكُمْ
“Jika
kamu menolong (agama) Allah, niscaya Dia akan menolongmu.”
(QS. Muhammad: 7)
Bentuk
Penjagaan Allah
Jika seseorang
menjaga hak-hak Allah sebagaimana yang telah disebutkan di atas, maka Allah pun
akan selalu menjaganya. Bentuk penjagaan Allah ada dua macam, yaitu:
Penjagaan pertama:
Allah akan menjaga urusan dunianya yaitu ia akan mendapatkan penjagaan diri,
anak, keluarga dan harta.
[Penjagaan
melalui Malaikat Allah]
Di antara bentuk
penjagaan Allah adalah ia akan selalu mendapatkan penjagaan dari malaikat
Allah. Sebagaimana Allah Ta’ala berfirman,
لَهُ مُعَقِّبَاتٌ مِنْ بَيْنِ يَدَيْهِ وَمِنْ خَلْفِهِ يَحْفَظُونَهُ مِنْ أَمْرِ اللَّهِ
“Bagi manusia ada malaikat-malaikat yang selalu mengikutinya bergiliran,
di muka dan di belakangnya, mereka menjaganya atas perintah Allah.” (QS. Ar Ro’du: 11). Ibnu Katsir
rahimahullah mengatakan, “Setiap hamba memiliki malaikat yang selalu
menemaninya. Malaikat tersebut akan menjaganya siang dan malam. Mereka akan
menjaganya danri berbagai kejelekan dan kejadian-kejadian.” Ibnu ‘Abbas
radhiyallahu ‘anhuma mengatakan, “Mereka adalah para malaikat yang akan selalu
menjaganya atas perintah Allah. Jika datang ajal barulah malaikat-malaikat tadi
meninggalkannya.” Inilah salah bentuk penjagaan Allah melalui para malaikat
bagi orang yang selalu menjaga hak-hak Allah.
[Penjagaan
di Kala Usia Senja]
Begitu pula Allah
akan menjaga seseorang di waktu tuanya, jika ia selalu menjaga hak Allah di
waktu mudanya. Allah akan menjaga pendengaran, penglihatan, kekuatan dan
kecerdasannya. Inilah maksud yang kami singgung dalam judul artikel ini.
Sebagaimana kami
pernah membaca dalam salah satu buku fiqh madzhab Syafi’i, matan Abi Syuja’.
Dalam buku tersebut diceritakan mengenai penulis matan yaitu Al Qodhi Abu
Syuja’ (Ahmad bin Al Husain bin Ahmad Asy Syafi’i rahimahullah Ta’ala). Perlu
diketahui bahwa beliau adalah di antara ulama yang mati di usia sangat tua.
Umur beliau ketika meninggal dunia adalah 160 tahun (433-596 Hijriyah). Beliau
terkenal sangat dermawan dan zuhud. Beliau sudah diberi jabatan sebagai qodhi
pada usia belia yaitu 14 tahun. Keadaan beliau di usia senja (di atas 100
tahun), masih dalam keadaan sehat wal afiat. Begitu pula ketika usia senja
semacam itu, beliau masih diberikan kecerdasan. Tahukah Anda apa rahasianya?
Beliau tidakk punya tips khusus untuk rutin olahraga atau yang lainnya. Namun
perhatikan apa tips beliau, “Aku selalu menjaga anggota badanku ini dari
bermaksiat pada Allah di waktu mudaku, maka Allah pun menjaga anggota badanku
ini di waktu tuaku.” Cobalah lihat, beliau bukanlah memberikan kita tips untuk
banyak olahraga. Namun apa tips beliau? Yaitu taat pada Allah dan menjauhi
segala maksiat di waktu muda.
Ibnu Rajab
rahimahullah juga pernah menceritakan bahwa sebagian ulama ada yang sudah
berusia di atas 100 tahun. Namun ketika itu, mereka masih diberi kekuatan dan
kecerdasan. Coba bayangkan bagaimana dengan keadaan orang-orang saat ini yang
berusia seperti itu? Diceritakan bahwa di antara ulama tersebut pernah melompat
dengan lompatan yang amat jauh. Kenapa bisa seperti itu? Ulama tersebut
mengatakan, “Anggota badan ini selalu aku jaga agar jangan sampai berbuat
maksiat di kala aku muda. Balasannya, Allah menjaga anggota badanku ini di
waktu tuaku.” Namun ada orang yang sebaliknya, sudah berusia senja, jompo dan
biasa mengemis pada manusia. Para ulama pun mengatakan tentang orang
tersebut, “Inilah orang yang selalu
melalaikan hak Allah di waktu mudanya, maka Allah pun melalaikan dirinya di
waktu tuanya.”
[Penjagaan
pada keturunan]
Begitu pula Allah
akan menjaga keturunan orang-orang sholih dan selalu taat pada Allah. Di
antaranya kita dapat melihat pada kisah dua anak yatim yang mendapat penjagaan
Allah karena ayahnya adalah orang yang sholih. Allah Ta’ala berfirman,
وَأَمَّا الْجِدَارُ فَكَانَ لِغُلَامَيْنِ يَتِيمَيْنِ فِي الْمَدِينَةِ وَكَانَ تَحْتَهُ كَنْزٌ لَهُمَا وَكَانَ أَبُوهُمَا صَالِحًا
“Adapun dinding rumah adalah kepunyaan dua orang anak yatim di kota itu,
dan di bawahnya ada harta benda simpanan bagi mereka berdua, sedang ayahnya
adalah seorang yang saleh.” (QS. Al
Kahfi: 82). ‘Umar bin ‘Abdil ‘Aziz pernah mengatakan, “Barangsiapa seorang
mukmin itu mati (artinya: ia selalu menjaga hak Allah, pen), maka Allah akan
senantiasa menjaga keturunan-keturunannya.”
Sa’id bin Al Musayyib
mengatakan pada anaknya, “Wahai anakku, aku selalu memperbanyak shalatku dengan
tujuan supaya Allah selalu menjagamu.”
Ibnu Rajab Al Hambali
mengatakan, “Barangsiapa menjaga (hak-hak) Allah, maka Allah akan menjaganya
dari berbagai gangguan.” Sebagian salaf mengatakan, “Barangsiapa bertakwa pada
Allah, maka Allah akan menjaga dirinya. Barangsiapa lalai dari takwa kepada
Allah, maka Allah tidak ambil peduli padanya. Orang itu berarti telah
menyia-nyiakan dirinya sendiri. Allah sama sekali tidak butuh padanya.”
Jika seseorang
berbuat maksiat, maka ia juga dapat melihat tingkah laku yang aneh pada
keluarganya bahkan pada hewan tunggangannya. Sebagaimana sebagian salaf
mengatakan, “Jika aku bermaksiat pada Allah, maka pasti aku akan menemui
tingkah laku yang aneh pada budakku bahkan juga pada hewan tungganganku.”
Penjagaan kedua:
Penjagaan yang lebih dari penjagaan pertama, yaitu Allah akan menjaga agama dan
keimanannya. Allah akan menjaga dirinya dari pemikiran rancu yang bisa
menyesatkan dan dari berbagai syahwat yang diharamkan. Inilah penjagaan yang
lebih luar biasa dari penjagaan pertama tadi.
Hal ini dapat kita
lihat sebagaimana dalam do’a sebelum tidur yang Nabi shallallahu ‘alaihi wa
sallam ,
بِاسْمِكَ رَبِّ وَضَعْتُ جَنْبِى وَبِكَ أَرْفَعُهُ ، إِنْ أَمْسَكْتَ نَفْسِى فَاغْفِرْ لَهَا ، وَإِنْ أَرْسَلْتَهَا فَاحْفَظْهَا بِمَا تَحْفَظُ بِهِ عِبَادَكَ الصَّالِحِينَ
“Dengan
menyebut nama-Mu, aku meletakkan lambungku, dan dengan nama-Mu aku
mengangkatnya. Jika engkau ingin menarik jiwaku, maka ampunilah ia. Jika engkau
ingin membiarkannya, maka jagalah ia sebagaimana engkau menjaga hamba-hambaMu
yang sholih” Dalam do’a ini terlihat bahwa Allah
akan senantiasa menjaga orang-orang yang sholih.
Demikian pembahasan
yang singkat dari hadits di atas. Semoga hadits ini bisa selalu menjadi
pengingat dalam setiap langkah kita. Jagalah hak Allah, niscaya Allah akan
menjagamu.
Segala puji bagi
Allah yang dengan nikmat-Nya segala kebaikan menjadi sempurna.
0 komentar:
Posting Komentar