Rabu, 28 Maret 2012

SIAPAKAH RAJA DZULQARNAIN ITU?




ALFUTUH - Kisah Dzulqarnain telah  diterangkan  dalam  Al-Qur'an  pada Surat  Al-Kahfi, tetapi Al-Qur'an tidak menerangkan siapakah sebenarnya   Dzulqarnain,    siapakah    orang-orang    yang didapatinya,   dan  dimana  tempat  terbenam  dan  terbitnya matahari? Semua itu tidak diterangkan dalam Al-Qur'an secara rinci  dan  jelas,  baik mengenai nama maupun lokasinya, hal ini mengandung hikmah dan hanya Allahlah yang mengetahui.

Tujuan dari kisah yang ada dalam Al-Qur'an, baik pada  Surat Al-Kahfi  maupun lainnya, bukan sekadar memberi tahu hal-hal yang berkaitan dengan sejarah dan kejadiannya, tetapi tujuan utamanya  ialah  sebagai  contoh dan pelajaran bagi manusia.

Sebagaimana Allah swt. dalam firman-Nya:
"Sesungguhnyapada kisah-kisah mereka itu terdapat  pelajaran bagi orang-orang yang berakal." (Q.s.Yusuf: 111)

Kisah Dzulqarnain, mengandung contoh seorang raja saleh yang diberi oleh Allah kekuasaan di bumi, yang meliputi Timur dan Barat.   Semua  manusia  dan  penguasa  negara  tunduk  atas kekuasaannya, dia tetap pada  pendiriannya  sebagai  seorang yang  saleh,  taat  dan bertakwa. 

Sebagaimana diterangkan di bawah ini:
"Berkata Dzulqarnain, 'Adapun orang  yang  menganiaya,  maka kelak  Kami  akan  mengazabnya,  kemudian  dia  dikembalikan kepada Tuhannya, lalu Tuhan  mengazabnya  dengan  azab  yang tiada taranya'." (Q.s. Al-Kahfi: 87).

"Adapun  orang  yang  beriman  dan orang beramal saleh, maka baginya pahala  yang  terbaik  sebagai  balasan  ..."  (Q.s. Al-Kahfi: 88).

Jadi,   apa   yang  diterangkan  dalam  Al-Qur'an,  hanyalah mengenai perginya Dzulqarnain ke arah terbenamnya  matahari, sehingga  berada  pada  tempat  yang  paling  jauh.  Di situ diterangkan bahwa dia  telah  melihat  matahari  seakan-akan terbenam di mata air tersebut, saat terbenamnya. Sebenarnya, matahari itu tidak terbenam  di  laut,  tetapi  hanya  bagi penglihatan  kita  saja  yang  seakan  tampak  matahari  itu terbenam  (jatuh)  ke  laut dan matahari  itu  terbit menerangi wilayah (bangsa) lain.

Maksud dari ayat tersebut, bahwa Dzulqarnain telah sampai ke tempat paling jauh, seperti halnya matahari terbenam di mata air  yang kotor (berlumpur) , yang disebutkan diatas. Begitu juga maksud dari ayat tersebut, Dzulqarnain telah sampai  di tempat  terjauh, yaitu terbitnya matahari dan sampai bertemu pula dengan kaum Ya'juj dan Ma'juj.

Dalam keadaan demikian, Dzulqarnain tetap pada  pendiriannya semula,  yaitu  sebagai  seorang  raja  yang  adil  dan kuat imannya, yang tidak  dapat  dipengaruhi  oleh  hal-hal  yang dikuasai   dan  kekuasaannya  diperkuatnya  dengan  misalnya membangun  bendungan   yang   besar,   yang   terdiri   dari bahan-bahan  besi dan sebagainya. Di dunia ini beliau selalu berkata dan mengakui, bahwa segala yang diperolehnya sebagai karunia dari Allah dan rahmat-Nya.

Firman Allah swt. dalam Al-Qur'an:
"Dzulqarnain  berkata,  'Ini (bendungan atau benteng) adalah suatu rahmat dari Tuhanku, maka  apabila  sudah  tiba  janji Tuhanku,  Dia  pun  menjadikannya  rata  dengan bumi (hancur lebur); dan janji Tuhanku itu adalah benar." (Q.s. Al-Kahfi: 98).

Tujuan  utama  dari  Al-Qur'an  dalam  uraian  di atas ialah sebagai  contoh,  dimana  seorang  raja  saleh  yang  diberi kekuasaan  yang  besar  pada kesempatan yang luar biasa dan, kekuasaannya mencakup ke seluruh penjuru  dunia  di  sekitar terbit  dan  terbenamnya  matahari.  Dalam keadaan demikian, Dzulqarnain tetap dalam  kesalehan  dan  istiqamahnya  tidak berubah.

Firman Allah swt.:
"Sesungguhnya  Kami telah memberi kekuasaan di bumi dan Kami telah  memberikan  kepadanya  (Dzulqarnain)   jalan   (untuk mencapai) segala sesuatu." (Q.s. Al-Kahfi: 84).
Mengenai  rincian  dari  masalah  tersebut tidak diterangkan dalam Al-Qur'an dan As -Sunnah, misalnya  waktu,  tempat  dan kaumnya,  siapa  sebenarnya  mereka  itu.  

Karena  tidak ada manfaatnya, maka sebaiknya kami berhenti pada  hal-hal  yang diterangkan   saja.   Jika  bermanfaat,  tentu  hal-hal  itu diterangkan dalam Al-Qur'an dan Sunnah Rasulullah saw.

(Red : Fajar Iswanto)
Sumber : Fatwa Qurdhowi

0 komentar:

Posting Komentar