Vegetables |
Sepintas, hidangan yang tersaji di restoran vegetarian itu terlihat seperti
daging sapi atau kambing. Ketika dicium
dan dirasakan, aroma dan rasanya pun, laiknya daging sapi atau kambing. Ternyata, hidangan dengan bentuk, rasa dan
aroma daging itu terbuat dari sayur-sayuran.
Ketika berada di sebuah wilayah yang mayoritasnya
bukan Muslim, restoran vegetarian biasanya menjadi pilihan. Alasannya, restoran
itu tak menyajikan menu berbahan daging yang diragukan kehalalannya. Namun,
benarkah aneka hidangan vegetarian itu benar-benar dijamin kehalalannya?
Ternyata, umat Muslim pun perlu lebih berhati-hati
dalam mengonsumsi hidangan vegetarian. ‘’Pada kondisi normal, lebih baik kita
perhatikan lebih seksama. Siapa tahu ada komponen yang bermasalah,’’ ungkap
Direktur Eksekutif Lembaga Pengkajian Pangan, Obat-obatan dan Kosmetika Majelis
Ulama Indonesia (LPPOM MUI), Lukmanul Hakim.
Menurut dia, ada beberapa alasan orang memilih
menu vegetarian. Pertama alasan keyakinan, yang datang dari para penganut agama
tertentu yang melarang pemeluknya mengkonsumsi hewan. Kedua, alasan
kesehatan, semakin banyak orang yang
mengalami gangguan obesitas atau penyakit lainnya yang disebabkan oleh menu
hewani.
‘’Alasan ketiga adalah masalah selera, banyak
orang ingin mencoba-coba saja menu yang dirasakan aneh dan unik tersebut,’’
ujar Lukmanul. Dari aspek keyakinan, sebenarnya ada beberapa aliran vegetarian.
Ada aliran vegetarian absolut, yang sama sekali tidak mengizinkan semua bentuk
hewan dan produk turunannya.
Selain itu, ada pula aliran lain yang masih memperbolehkan produk susu dan
olahannya dalam menu makanan dan minumannya. Ada pula aliran moderat yang hanya
melarang daging hewan, tetapi masih membolehkan produk-produk turunan hewan,
seperti gelatin, kaldu dan sebagainya.
‘’Banyaknya aliran vegetarian itu menimbulkan
kebingungan tersendiri bagi umat Islam yang ingin mencoba menu vegetarian,’’
papar Lukmanul. Apa pasal? Ternyata,
masakan vegetarian beraliran moderat, berpotensi menggunakan kaldu atau produk
turunan babi, semisal gelatin.
Dari aspek kesehatan, vegetarian sebenarnya adalah
antitesis dari menu yang cenderung berdaging dan berlemak. Banyaknya pola
makanan yang kaya daging dan lemak, kerap kali menyebabkan rusaknya
keseimbangan pola makan. Akibatnya, cenderung pada obesitas (kegemukan),
gangguan kolesterol, tingginya trigliserida dan berakibat pada terganggunya
tekanan darah, jantung dan fungsi-fungsi lainnya.
Guna membuat keseimbangan baru, vegetarian tentu
saja cukup efektif dan bermanfaat bagi orang-orang yang sudah mengalami
gangguan tersebut. Atau orang yang sudah berpotensi dan ingin menghindari
akibat negatif ini.
Namun perlu juga diperhatikan ketika mengonsumsi
vegetarian sejak kecil, justru bisa menyebabkan ketidakseimbangan lain yang
menyebabkan kekurangan zat-zat tertentu pada tubuh. Contohnya kolesterol,
sebenarnya pada usia anak dan remaja, zat tersebut sangat dibutuhkan untuk
pembentukan sel-sel otak.
Waspadai
Kehalalannya
Menurut Lukmanul, dari aspek kehalalan, ada
beberapa hal yang perlu dicermati terhadap menu vegetarian ini. Pertama, konsumen
harus mengetahui, aliran vegetarianyang dianut pengelola restoran
tersebut. Apakah absolut atau moderat?
Jika moderat, tentu saja kita
harus melihat secara lebih teliti bahan-bahan apa saja yang ditambahkan dalam
menu masakan tersebut.
Untuk vegetarian yang absolut pun kita masih harus
melihat lebih dalam lagi ke resep inti dari masakan tersebut. ‘’Dari bahan baku, mereka memang tidak
menggunakan daging atau sumber hewani lainnya. Termasuk untuk kaldu dan bahan
tambahan lainnya. Tetapi untuk mendekati rasa hewani, seperti rasa daging, rasa
ayam, rasa ikan dan sebagainya, mereka ternyata juga menambahkan flavor atau
pencita rasa yang khusus,’’ papar Lukmanul.
Dari temuan yang pernah didapatkan di sebuah
perusahaan makanan vegetarian dari Taiwan, kata Lukmanul, diketahui bahwa flavor yang digunakannya
ternyata menggunakan bahan-bahan turunan hewani. Bahan tersebut memang tidak
langsung dari hewan, tetapi menggunakan produk-produk mikrobial yang medianya
dari bahan hewani.
Misalnya yang banyak digunakan adalah IMP dan GMP
yang merupakan produk-produk mikrobial. ‘’Ternyata media yang digunakannya ada
yang berasal dari bahan hewani yang tidak halal,’’ ungkap Lukmanul.
Penggunaan minuman keras, kata Lukmanul, perlu
diwaspadai dalam menu vegetarian. Sebab,
vegetarian tidak melarang minuman keras, baik untuk diminum maupun digunakan
dalam menu masakan. Penggunaan minuman keras ini juga menimbulkan persoalan
tersendiri untuk kehalalan.
‘’Jadi jangan langsung menganggap bahwa vegetarian
sama dengan, halal. Kalau memang tidak ada alternatif lain, mungkin memang
lebih baik memilih vegetarian. Tetapi tetap hati-hati dan waspada,’’ ujar
Lukmanul.
(Red ; Fajar Iswanto)
Sumber : republika
0 komentar:
Posting Komentar