Alhamdulillah. Kita
panjatkan segala puji pada Allah dan kita meminta pertolonganNya. Seraya
memohon ampun dan meminta perlindunganNya dari segala keburukan jiwa dan dari
kejelekan amaliah. Barangsiapa yang telah Allah tunjukkan jalan baginya, maka
tiada yang bisa menyesatkannya. Dan barang siapa yang telah Allah sesatkan
jalannya, maka tiada yang bisa memberinya petunjuk. Ya Allah limpahkanlah
salawat dan salam bagi Muhammad saw berserta keluarga dan sahabat-sahabatnya,
semuanya.
Memang benar perihal
yang dikatakan oleh penanya, dan ini sungguh ironis. Kendati kita memang
orang-orang yang tinggi derajatnya, namun kita dapati adanya kelemahan
kepribadian, dan realitanya kita merasakan bahwa kita hanyalah pengekor dan
pengikut mereka.
Ada sebagian orang di
antara kita, ketika melihat sesuatu yang bermanfaat tidak mengaitkannya kepada
dirinya dan tidak pula kepada kaum muslimin lainnya, namun mengatakan, “Ini
merupakan peradaban barat atau timur,” dan ia tidak merasa bangga dengan
kepribadiannya di hadapan arus kerusakan mereka.
Padahal, ketika
mereka datang ke negara kita dengan pakaian mereka yang memalukan, terbuka dan
vulgar, bahkan para wanita mereka ketika berada di negara-negara kaum muslimin
berpakaian setengah pahanya terbuka, lehernya terbuka, betisnya terbuka dan
berjalan berlenggak-lenggok dengan kedua kakinya, seolah-olah menghentakkan
bumi dari bawah dan tidak peduli bahwa dirinya adalah seorang wanita.
Lalu, bagaimana
dengan kaum laki-laki muslim? Kenapa mesti malu berjalan dengan mengenakan
busana muslim yang tertutup di negara mereka? Bukankah ini bukti nyata yang
menunjukkan lemahnya kepribadian?
Jawabannya, tentu
saja jika kita memperlakukan mereka dengan cara serupa berarti kita telah
memperlakukan mereka dengan adil. Saat mereka datang ke negara kita dengan
pakaian mereka tanpa mempedulikan perasaan kita, kenapa kita tidab bisa datang
bertandang ke negara mereka dengan mengenakan busana khas kita dan tidak
mempedulikan perasaan mereka.
Ada seseorang yang
saya percaya bercerita kepada saya, kini ia telah menghuni kuburan, ia
mengatakan, bahwa ketika ia berkunjung ke suatu ibu kota negara barat dengan
mengenakan busana islami khas negaranya, ia mengatakan, “Saya dapati mereka
lebih banyak menghormati, bahkan mereka bersegera membukakan pintu mobil saat
saya hendak naik.”
Lihat, bagaimana
seseorang merasa bangga karena telah dimuliakan Allah Subhanahu wa Ta’ala.
Namun, jika kita merendahkan diri di hadapan mereka, tentunya ini bukan sikap
seorang muslim.
Jika Anda melihat
ulang sejarah dan perilaku para mujahidin, serta muslimin terhadap musuh-musuh
mereka dalam peperangan, tentu akan anda dapatkan, betapa bangganya kaum
muslimin di hadapan para musuhnya.
Kemudian, seharusnya
seorang muslim memelihara kehormatannya, yaitu dengan tidak menganggap cara
hidup mereka yang memalukan itu sebagai peradaban, tapi yang benar adalah
kehinaan, bukannya peradaban karena yang demikian itu mengarah kepada kerusakan
moral dan kekejian bahkan kekufuran kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala.
Demi Allah, tidak
benar kita menyebutnya sebagai peradaban, bagaimana jadinya? Peradaban yang
sesungguhnya adalah kemajuan yang bermanfaat, yaitu dengan berpegang teguh
dengan agama Islam dan moralnya. Kenapa kita memberi mereka harga yang murah?
Agar kita katakan bahwa kalian adalah penyandang peradaban dan kita adalah
penyandang keterbelakangan, padahal seharusnya kita maju dengan keislaman kita,
baik secara akidah, perbuatan, maupun manhaj, agar peradaban kita masuk kepada
mereka.
Bukankah kejujuran
termasuk peradaban? Jawabannya, benar. Itu terdapat dalam Islam, dan Islam
telah menganjurkannya, sebagaimana Firman Allah,
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُواْ اتَّقُواْ
اللّهَ وَكُونُواْ مَعَ الصَّادِقِينَ
“Wahai
orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah, dan hendaklah kamu bersama
orang-orang yang benar.” (QS. At-Taubah: 119)
Nabi shallallahu
‘alaihi wa sallam bersabda,
إِنَّ الصِّدْقَ يَهْدِي إِلَى الْبِرِّ وَ إِنَّ الْبِرَّ يَهْدِي
إِلَى الْجَنَّةِ وَ إِنَّ الرَّجُلَ لَيَصْدُقُ حَتَّى يُكْتَبَ صِدِّيْقًا، وَ إِنَّ
الْكَذِبَ يَهْدِي إِلَى الْفُجُوْرِ وَ إِنَّ الْفُجُوْرَ يَهْدِي إِلَى النَّارِ
وَ إِنَّ الرَّجُلَ لَيَكْذِبُ حَتَّى يُكْتَبَ كَذَّابًا
“Sesungguhya
kejujuran itu menunjukkan kepada kebaikan dan kebaikan itu menunjukkan ke
surga, dan sungguh seseorang senantiasa berlaku jujur hingga dicatat sebagai
seorang yang jujur. Dan sesungguhnya dusta itu menunjukkan kepada kejahatan dan
kejahatan itu menunjukkan ke neraka, dan sungguh seseorang senantiasa berdusta
sehingga dicatat sebagai pendusta.” (HR. Al-Bukhari)
Namun sayangnya,
banyak kaum muslimin yang telah kehilangan kejujuran, sehingga kita belum
mencerminkan Islam dengan porsi yang besar dalam segi ini.
Jujur dan terus
terang dalam pergaulan telah diajarkan oleh Islam, Nabi shallallahu ‘alaihi wa
sallam bersabda,
اَلْبَيْعَانِ بِالْخِيَارِ مَا لَمْ يَتَفَرَّقَا فَإِنْ صَدَقَا
وَ بَيَّنَا بُوْرِكَ لَهُمَا فِيْ بَيْعِهِمَا وَ إِنْ كَذَبَا وَ كَتَمَا مُحِقَ
بَرَكَةُ بَيْعِهِمَا
“Dua orang yang saling
berjual-beli tetap memiliki hak pilih selama mereka belum berpisah. Jika
keduanya jujur dan saling berterus terang, maka keberkahan dilimpahkan bagi
mereka pada jual beli mereka. Namun, jika keduanya saling berdusta dan saling
menutupi, maka keberkahan akan dicabut dari jual-beli mereka.” (HR.
Al-Bukhari)
Apakah kejujuran dan
keterusterangan ini telah terealisasi pada setiap muslim? Jawabnya, tidak,
bahkan itu telah sirna dari sebagian kaum Muslimin, karena ada sebagian kaum
muslimin yang tidak jujur dan enggan berterus terang. Bahkan, ada yang
mengatakan, “Barang
ini harganya seratus riyal,” padahal sebenarnya hanya lima puluh riyal.
Bukankah ini merupakan kedustaan dan penipuan? Padahal Islam telah melarang
ini, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam telah bersabda,
مَنْ
غَشَّنَا فَلَيْسَ مِنَّا
“Barangsiapa
yang menipu kami, ia bukan dari golongan kami.” (HR. Muslim)
Nabi shallallahu
‘alaihi wa sallam telah berlepas diri dari yang demikian. Meskipun begitu,
sebagian kaum muslimin melakukan penipuan, na’udzu billah. Bila kita amati pula
sekitar kita, akan kita dapati kondisi yang memalukan. Anda akan dapati bahwa
ajaran-ajaran Islam yang telah memerintahkan untuk berlaku jujur, terus terang,
lembut dan halus, telah sirna dari sebagian kita, bahkan kondisi yang
kebalikannya yang banyak terdapat pada sebagian kita. Karena itu, bisa kita
katakan bahwa sebagian kaum muslimin telah lari dari Islam dengan perilaku yang
ebrtolak belakang dengan Islam.
0 komentar:
Posting Komentar